Di antara dedaunan yang merah berguguran,
Kisah-kisah gugur merintih dalam senyap.
Langit mendung menari dalam derai hujan,
Menyaksikan lembaran hidup yang berguguran.
Setiap helai daun adalah sehelai kisah,
Gugur dalam takdir waktu yang terpahat.
Mereka pernah menari dengan angin pagi,
Namun, kini jatuh dalam pelukan tanah.
Warna gugur memberi nuansa kesedihan,
Seiring langkah waktu yang terus berjalan.
Berguguran layu di pelukan musim gugur,
Menyiratkan tentang keindahan yang sirna.
Dalam riuhnya hujan, cerita-cerita tua,
Gugur bersama embun dan serpihan mimpi.
Kisah gugur mengajar tentang keheningan,
Di antara merangkai duka dan pelukan tanah.
Berguguran adalah bagian dari perjalanan,
Kehidupan yang terpahat dalam ritus alam.
Seperti kisah kita yang gugur dan berguguran,
Menjadi rangkaian jejak dalam catatan waktu.
Namun, di dalam guguran ada keindahan,
Bukankah setiap helai daun memberi warna?
Gugur adalah siklus, bukan akhir segalanya,
Sebab di balik guguran, tumbuh kisah yang baru.
Jadi, biarkan kisah gugur dan berguguran,
Menjadi bait puisi dalam perjalanan kita.
Sebab di setiap guguran, ada pelajaran,
Dan di setiap berguguran, ada kehidupan yang mekar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H