Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Bukber Kebangsaan: Puisi Kuliner di Istana Bersama Jokowi dan 3 Bacapres

21 November 2023   12:41 Diperbarui: 21 November 2023   17:56 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan Siang Ala Jokowi Bersama 3 Calon Presiden (Foto: Kompasiana)

Setiap sudut istana pada hari itu memancarkan aura yang berbeda, diisi oleh bisikan harum masakan khas Nusantara yang merayap di sepanjang koridor. Suasana berbeda itu menjadi saksi undangan makan siang istimewa yang dipersembahkan oleh Presiden Joko Widodo kepada tiga bakal calon presiden.

Di antara temaramnya dinding istana, terasa kehangatan yang tidak lazim. Pintu dibuka, dan seolah-olah udara sendiri memberi sambutan hangat. Meja panjang bergaya prasmanan terhampar, penuh dengan hidangan menggoda, mengajak setiap tamu untuk merasakan keindahan kuliner Nusantara. Di tengah meja, Presiden Jokowi duduk bersama tiga tokoh yang mungkin suatu hari akan bersaing memperebutkan kursi kepemimpinan negeri ini.

Momen ini seolah-olah merangkum segalanya: keberagaman Indonesia dalam satu meja, di satu ruangan yang penuh dengan harapan dan tanggung jawab. Diawali dengan sapaan hangat dan senyuman, ketiga bakal calon presiden bersama-sama duduk, menciptakan gambaran visual kebersamaan yang kuat dan sangat diperlukan dalam dunia politik yang sering kali dipenuhi persaingan ketat.

Namun, apa yang membuat acara ini begitu unik? Apakah hanya kuliner khas Nusantara yang disajikan dengan indah, atau ada sesuatu yang lebih dalam di balik setiap suapan makanan?

Pertama-tama, undangan ini tidak hanya mengangkat kebijakan dan wacana politik semata. Melalui obrolan santai di antara suap-siap makanan, terungkap bahwa para pemimpin masa depan ini juga memiliki sisi kemanusiaan yang lebih dekat dengan rakyat. Setiap cerita dihadirkan dengan kehangatan, menggambarkan bagaimana setiap bakal calon presiden melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan sebagai perpecahan.

Seiring dengan suapan hidangan, muncul pula percakapan mendalam tentang peran masing-masing dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Seakan-akan meja makan tersebut menjadi panggung debat yang mengalir begitu alami di antara canda tawa dan pelukan kebersamaan. Meski terlihat santai, namun setiap kata yang diucapkan memiliki bobot besar, menggambarkan visi dan misi yang mereka bawa untuk mewujudkan perubahan positif.

Bagaimana puisi kebersamaan ini tercermin dalam kuliner? Setiap hidangan memiliki cerita tersendiri. Nasi Tumpeng, sebagai lambang keberagaman Indonesia, mempresentasikan bahwa kekuatan bangsa ini terletak pada perbedaan-perbedaan yang menyatu dalam satu kesatuan yang utuh. Sate dan rendang, dengan cita rasa yang kaya, menggambarkan kekayaan budaya dan potensi ekonomi yang bisa diperoleh jika semua elemen bangsa bekerja bersama.

Dan kemudian, ada tumpukan ketan dan klepon sebagai penutup yang manis. Ini seperti simbol bahwa setiap perbedaan dan perjuangan akan berbuah manis jika dijalani dengan kebersamaan dan kerja sama. Pada titik ini, acara ini tidak hanya tentang makanan atau politik, tetapi tentang merajut benang kebersamaan yang kokoh di tengah keragaman.

Tidak hanya itu, pemandangan menakjubkan dari jendela istana memberikan nuansa berbeda pada acara tersebut. Pemandangan Jakarta yang gemerlap di malam hari seolah-olah menjadi saksi bisu dari pertemuan ini. Di bawah cahaya gemerlap kota, seolah-olah tergambar masa depan yang cerah dan penuh harapan bagi Indonesia.

Dalam kebersamaan ini, pesan penting pun tergambar jelas. Makan siang bersama bukan hanya tentang merayakan kuliner Nusantara yang lezat, tetapi lebih dari itu, merayakan kebersamaan yang diperlukan untuk membangun negeri ini. Dan melalui puisi kuliner ini, tergambar bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun