Di keramaian, di antara decak kota yang riuh,
Suara perempuan terpingkir, terlewatkan dalam hiruk-pikuk.
Bicara dalam bisikan, di bawah bayang-bayang laki-laki,
Diungkapkan dalam ragu, dalam sela-sela keheningan.
Mereka, penjaga kehidupan yang terabaikan,
Dalam suara yang tak sering terdengar dalam diskusi.
Mereka membawa kisah, pengalaman, dan hikmah,
Namun suara mereka terbentur dinding kesamaran.
Di sela-sela penindasan, di tengah celah keterpingkiran,
Harapan terkandung dalam setiap suara yang merintih.
Perempuan, pilarnya kehidupan yang terlupakan,
Tak hanya mendengarkan, namun juga mendengarkan dengan tulus.
Suara perempuan, melodinya kekuatan dan keberanian,
Harmoni yang hilang dalam kerumitan peradaban.
Perlunya dengar dan resapi, cerita-cerita yang tersembunyi,
Hanya dalam keadilan, tercipta harmoni sesungguhnya.
Mengangkat bendera kesetaraan, suara perempuan menyeru,
Untuk dihormati, didengar, dan dipertimbangkan.
Dalam ketidaksetaraan, di peradaban yang tak merata,
Suara perempuan, cerminan keadilan yang tak tertandingi.
Mari kita memahami, menyentuh, dan merangkul,
Suara perempuan, kekuatan yang tak terbatas.
Dalam dialog, dalam kebijakan, dalam langkah ke depan,
Suara perempuan, bintang yang bersinar dalam kesetaraan yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H