Di sisi jalan-jalan kota, pada dinding yang berdiri tegak,
Seni terpampang, dalam bentuk stiker dan coretan megah.
Kisah-kisah politik merekah di sepanjang sisi dinding,
Menjadi pemandangan yang hidup, karya seni yang menggoda.
Stiker caleg menempel, bertabur dalam kekacauan warna,
Wajah-wajah tersenyum, mencoba memikat hati dan pikiran.
Kata-kata janji terpampang, dihiasi dengan warna-warni,
Mengundang pemikiran, menggelitik hati, menarik perhatian.
Di sudut dinding itu, gambar-gambar penuh semangat,
Para kandidat tersenyum, berjanji menjadi harapan.
Lambang partai terpampang, bertabrakan dalam hiruk-pikuk,
Menjadi lukisan bergerak, di panggung pemilihan ini.
Di balik stiker caleg yang berdesakan, ada cerita,
Setiap potongan kertas menandakan asa dan cita.
Suara-suara rakyat, terlukis dalam coretan tangan,
Menggambarkan keinginan akan perubahan yang nyata.
Dinding yang bercerita, bukan sekadar hiasan jalanan,
Ia adalah kanvas realitas, di mana demokrasi terbentang.
Caleg dan partai bersaing, mencoba meraih hati rakyat,
Dalam karya seni ini, pilihan hidup tergambar jelas.
Tapi, dalam keramaian stiker dan coretan tak berujung,
Ada suara-suara yang terpinggirkan, terdiam dalam keheningan.
Bukan hanya seni, namun cerita tentang keadilan,
Harapan-harapan terabaikan, suara-suara yang terlupakan.
Pemilu jalanan, dinding menjadi panggungnya,
Karya seni yang berbicara, tentang suara-suara terpendam.
Di sela coretan dan stiker caleg yang berdesakan,
Terukir harapan akan masa depan, di setiap sudut dinding yang bercerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H