Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjembatani Kesenjangan: Guru Honorer dan Proses Seleksi PPPK

4 November 2023   18:11 Diperbarui: 4 November 2023   18:39 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan:"Menjembatani Kesenjangan: Guru Honorer dan Proses Seleksi PPPK"

Pendidikan adalah landasan bagi pertumbuhan dan kemajuan suatu bangsa. Guru-guru memiliki peran utama dalam membentuk masa depan melalui pengetahuan, nilai, dan keterampilan yang mereka berikan kepada generasi penerus. Namun, di Indonesia, masih banyak guru honorer yang berjuang dengan keterbatasan sumber daya dan pengakuan, bahkan ketika mereka berperan penting dalam menyebarkan ilmu pengetahuan.

Proses seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Indonesia bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi guru honorer untuk menjadi bagian dari sistem pendidikan formal dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun, dalam upaya menuju tujuan ini, proses seleksi PPPK menyoroti beberapa aspek yang tidak selalu adil dan mungkin menyebabkan kesenjangan yang perlu diperhatikan.

Guru honorer umumnya menghadapi tantangan besar dalam proses persiapan PPPK. Beban finansial menjadi salah satu masalah utama, mengingat gaji mereka cenderung rendah. Persiapan untuk seleksi PPPK membutuhkan biaya, seperti untuk kursus persiapan, buku-buku referensi, akses internet, dan sumber daya pendukung lainnya. Untuk banyak guru honorer yang memiliki tanggungan keluarga, membagi waktu dan perhatian antara pekerjaan, persiapan PPPK, dan kebutuhan keluarga merupakan beban tambahan yang tak terhindarkan.

Selain masalah finansial, keterbatasan waktu juga menjadi kendala bagi guru honorer. Sebagian besar dari mereka mengajar sepanjang hari, dan ini membatasi waktu yang mereka miliki untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian seleksi PPPK. Akses terhadap materi pelatihan yang relevan juga tidak selalu mudah, terutama bagi guru honorer yang bekerja di daerah terpencil atau terpinggirkan.

Kendala psikologis dan emosional juga menjadi faktor yang signifikan dalam persiapan PPPK. Sebagian besar guru honorer merasakan tekanan untuk berhasil dalam seleksi PPPK. Impian mereka untuk menjadi PNS, bukan hanya untuk stabilitas kehidupan pribadi, tetapi juga sebagai pengakuan atas dedikasi mereka terhadap pendidikan, membuat proses ini menjadi penuh ketidakpastian dan kecemasan.

Pada titik ini, perlu dipertimbangkan ulang bagaimana sistem seleksi PPPK mungkin memberikan keadilan bagi semua guru honorer. Diperlukan langkah-langkah yang lebih inklusif dan mendukung bagi mereka yang sedang bersiap mengikuti seleksi. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi terkait harus berperan aktif dalam menyediakan bantuan finansial, pelatihan, dan sumber daya lainnya kepada guru honorer yang mempersiapkan diri menghadapi PPPK.

Mendukung para guru honorer dalam persiapan PPPK bukan hanya tentang kesetaraan, tetapi juga tentang memperbaiki sistem pendidikan. Seharusnya proses seleksi tidak hanya terfokus pada kemampuan belajar, tetapi juga mempertimbangkan pengalaman kerja, dedikasi terhadap siswa, dan kemampuan mengajar yang telah dimiliki guru honorer selama bertahun-tahun.

Ketidakadilan dalam seleksi PPPK juga perlu diperhatikan. Persaingan yang sehat diperlukan, tetapi proses seleksi harus menekankan pada aspek-aspek penting dalam pendidikan, bukan hanya pada kemampuan mengikuti ujian. Mungkin pemerintah dan lembaga terkait perlu mempertimbangkan alternatif metode seleksi yang lebih holistik dan menitikberatkan pada kualitas keilmuan serta profesionalisme guru honorer, bukan sekadar pada hasil ujian semata.

Keberpihakan kepada guru honorer dalam proses seleksi PPPK bukan hanya menjadi tanda penghargaan terhadap dedikasi mereka, tetapi juga menjadi investasi dalam perbaikan mutu pendidikan di Indonesia. Guru-guru honorer memiliki pengalaman dan dedikasi yang sangat berharga. Dukungan yang lebih besar kepada mereka dapat membantu mengurangi kesenjangan dan menciptakan kesempatan yang lebih merata bagi mereka dalam mencapai impian menjadi PNS.

Kesimpulannya, proses seleksi PPPK harus lebih dari sekadar evaluasi kognitif. Mereka harus mencerminkan adil dan merata bagi semua calon guru yang berusaha untuk menjadi bagian dari sistem pendidikan yang lebih baik. Diperlukan perhatian serius dari semua pihak terkait untuk memastikan bahwa setiap guru honorer memiliki kesempatan yang setara dalam mempersiapkan diri dan mengikuti seleksi PPPK. Hanya dengan cara ini kita dapat memastikan perkembangan pendidikan yang merata dan inklusif bagi masa depan Indonesia yang lebih cerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun