Dalam konteks inilah maka rasionalitas dalam membawa kepentingan dan aspirasi mulai mendapatkan ruang dalam variabel pilihan masyarakat pemilih, Walaupun harus diakui bahwa salah satu dilema dari muncul dan menguatnya kandidat independen dapat mengarah kepada liberalisasi demokrasi. Tapi apalah artinya istilah liberalisasi itu apabila disaat yang sama parpol tak juga mampu bercermin, tak mau berintrospeksi dan membenahi diri sehingga terlihat sexi dan layak dipilih oleh mayarakat pemilih. Tidak hanya bermain dalam jargon dan retorika padahal mereka sedang GR (gede rasa) semata, padahal disaat yang sama sedang menghadapi sebuah masa dimana masyarakat pemilih mulai meninggalkan mereka.
Irwan Suhanto,
Pemerhati Demokrasi - tinggal di Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H