Menjadi seorang pangeran memang menyenangkan. Kaya, terkenal, mempunyai kekuasaan dan konon kabarnya, ganteng. Filip mempunyai semua kriteria itu, tapi tetap saja dia tidak merasa beruntung. Kok ???Awal ketidak-beruntungan Filip terjadi sekitar bulan Februari tahun lalu. Waktu itu dia berencana untuk mengadakan pesta Valentine. Semua orang di negrinya diundang, para peri dan rakyat biasa juga diundang. Pangeran Filip lupa mengundang salah satu peri yang sangat berkuasa dan mudah tersinggung, namanya peri Ambec. Saat pesta sedang berlangsung, tiba-tiba ada yang datang dan menghancurkan semua peralatan pesta. Pangeran berusaha untuk menghentikan aksi peri Ambec tersebut.
“Ada apa ? kalau ada masalah, mari kita bicarakan baik-baik, kita cari jalan keluarnya.”
“Berani-beraninya kamu tidak mengundang saya ke pesta Valentine.” Mata peri itu melotot ke arah Pengeran. Pangeran sebenarnya agak merasa ‘keder’ juga, tapi pura-pura wibawa. Harus JAIM dong, dia seorang pangeran.
“Bukankah menurut kabar, peri sedang tamasya keluar negri ?”
"Itu gosip !! gosip murahan !” Pangeran berusaha membujuk peri Ambec untuk tidak marah-marah lagi.
“Tidak, kalau saya sudah bertekad marah, saya akan terus marah. Jangan kau rayu aku pangeran, jangan.” Dan…pangeran dikutuk oleh peri itu, kalau tertawa akan seperti kuda dan kalau sudah tertawa, maka kuda-kuda akan segera berlarian mendekati pangeran.
“Begitulah awal dari kegundahan hati pangeran. Peristiwa itu membuat banyak masalah di negri tersebut. Ingat saja peristiwa 9 bulan yang lalu, saat wakil-wakil dari berbagai negri datang untuk membicarakan masalah perdamaian. Kebetulan Raja sedang tidak ada di tempat dan sebagai seorang pewaris tahta, dia yang harus menjamu tamu-tamu tersebut. Saat selesai makan siang, pangeran menjamu tamu-tamu pentingnya dengan suguhan acara yang menarik. Pangeran sengaja tidak menyuguhkan acara lawak, karena dia takut tertawa.
“ Tarian di negri ini sangat indah pangeran.” Kata salah seorang utusan negri.
“ Negri ini memang terkenal dengan tariannya. Kalau di negri anda, apa yang paling terkenal.” Tanya pangeran.
“ Humornya pangeran dan khusus saya hadiahkan untuk pangeran.” Pangeran langsung menyesali pertanyaannya. Seorang ahli lawak dari negri seberang mulai melancarkan humor-humornya. Pangeran terus menahan tawanya dengan tersenyum lebar ke arah para wakil negri, sampai akhirnya dia tidak dapat menahan tawanya lagi. Tidak berapa lama kemudian, terdengar tawa pangeran yang seperti kuda dan terdengarlah derap kuda masuk ke dalam ruangan istana. Kuda-kuda itu memang kreatif, mereka langsung menempati tempat-tempat yang masih kosong. Mengangkat kedua kaki depannya dan duduk di kursi-kursi tersebut. Wakil negri saling berpandangan dan…
“ Ah..!!!” Mereka berlarian ke luar ruangan. Perjanjian perdamaian batal, pangeran dianggap telah menghina negri tetangga dengan menghadirkan para kuda. Raja marah besar saat itu dan kedudukan pangeran sebagai pewaris tahta terancam sudah.
Akhirnya pangeran mengadakan sebuah sayembara. Siapa yang bisa memberikan jalan keluar untuk masalahnya, dia akan mendapat hadiah yang besar dari pangeran. Peri Ambec benar-benar tidak mau menarik kembali kutukannya.