Mohon tunggu...
Irvingia Agya
Irvingia Agya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya suka photography

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontroversi Lobi, Tantangan Etika dan Transparansi

10 Juli 2024   19:21 Diperbarui: 10 Juli 2024   19:21 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, 10 Juli 2024 - Teknik lobi di Indonesia kembali menjadi sorotan publik setelah munculnya laporan mengenai praktik yang kurang transparan dan etika. Isu ini mencuat ketika beberapa anggota DPR mengaku menerima hadiah dari pelobi yang mewakili perusahaan besar dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang sumber daya alam.

Laporan investigasi yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Anti-Korupsi mengungkap bahwa beberapa pelobi telah memberikan fasilitas mewah kepada pejabat publik guna mendapatkan dukungan terhadap kebijakan yang menguntungkan perusahaan tertentu. Praktik ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya pengaruh yang tidak seimbang dalam proses pengambilan keputusan kebijakan.

"Kami menemukan bukti bahwa ada pelobi yang memberikan hadiah berupa perjalanan wisata dan barang mewah kepada beberapa anggota DPR," kata Ketua LSM Anti-Korupsi, Andi Surya. "Ini jelas melanggar etika dan merusak integritas proses legislatif."

Selain itu, ketidaksetaraan dalam akses untuk melobi juga menjadi permasalahan yang mendesak. Organisasi masyarakat sipil dan kelompok-kelompok kecil seringkali tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan lobi yang efektif. Hal ini menyebabkan suara mereka kurang didengar dibandingkan dengan perusahaan besar yang memiliki kemampuan finansial untuk mempekerjakan pelobi profesional.

"Ketika hanya kelompok dengan sumber daya besar yang dapat melakukan lobi, kebijakan yang dihasilkan cenderung lebih berpihak kepada mereka, sementara kepentingan masyarakat umum terabaikan," ujar seorang aktivis lingkungan, Budi Santoso.

Sementara itu, pemerintah menghadapi tantangan dalam mengatur dan mengawasi praktik lobi. Regulasi yang ada dinilai belum cukup ketat untuk mencegah penyalahgunaan. Beberapa pihak menyerukan perlunya pembaruan undang-undang yang mengatur lobi serta peningkatan transparansi dalam proses legislasi.

"Kita membutuhkan regulasi yang lebih ketat dan mekanisme pengawasan yang lebih kuat untuk memastikan bahwa praktik lobi dilakukan secara transparan dan etis," kata seorang anggota DPR yang enggan disebutkan namanya.

Meskipun demikian, pelobi membela diri dengan mengatakan bahwa lobi adalah bagian penting dari proses demokrasi yang memungkinkan berbagai kepentingan dapat disuarakan dan dipertimbangkan oleh pembuat kebijakan. Mereka juga mengakui perlunya peningkatan transparansi dan etika dalam praktik lobi.

"Pelobi harus bertindak dengan integritas dan transparansi. Kami mendukung langkah-langkah untuk memperbaiki regulasi dan memastikan bahwa semua pihak memiliki kesempatan yang adil untuk berpartisipasi dalam proses legislasi," kata seorang pelobi profesional.

Isu ini menyoroti perlunya pendekatan yang lebih seimbang dan transparan dalam teknik lobi, berguna untuk memastikan bahwa kebijakan publik dibuat berdasarkan kepentingan yang lebih luas dan bukan hanya untuk kepentingan segelintir pihak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun