Mohon tunggu...
Irvingia Agya
Irvingia Agya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya suka photography

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Museum Sasmitaloka Jendral Besar KH. A.H. Nasution

8 Juli 2024   06:18 Diperbarui: 8 Juli 2024   06:51 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution, ini terletak di Jalan Teuku Umar No. 40, Menteng, Jakarta Pusat, adalah salah satu museum sejarah penting di Indonesia. Museum ini disimpan untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, yang salah satu tokoh penting dalam sejarah militer dan politik Indonesia. 

Jenderal Besar Abdul Haris Nasution adalah seorang tokoh militer yang berperan besar dalam sejarah Indonesia, terutama selama masa Revolusi Nasional Indonesia dan saat menghadapi berbagai ancaman terhadap negara, termasuk Gerakan 30 September (G30S/PKI) pada tahun 1965. A.H. Nasution lahir pada tanggal 3 Desember 1918 di Kotanopan, Sumatera Utara. 

Nasution melakukan pendidikan di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Kotanopan, kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Bukittinggi dan Yogyakarta. Pada tahun 1940, Nasution masuk Akademi Militer di Bandung. Ia lulus pada tahun 1942, tepat sebelum pendudukan Jepang di Indonesia. 

Rumah yang kini menjadi museum ini adalah tempat tinggal Nasution dan menjadi saksi bisu dari upaya masa penculikan dan pembunuhan oleh pasukan Cakrabirawa saat peristiwa G30S/PKI, yang juga mengakibatkan gugurnya putrinya, Ade Irma Suryani Nasution. Ade Irma Suryani Nasution, putri bungsu Nasution yang saat itu berusia lima tahun, tertembak saat para penyerang masuk ke dalam rumah mereka.

Ia tertembak di bagian punggung saat mencoba melindungi ayahnya. Ade Irma Suryani Nasution, tertembak dan setelah tertembak, Ade Irma segera dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jakarta. Dan sayangnya, Ade Irma Suryani Nasution tidak bisa bertahan. Ia meninggal dunia pada tanggal 6 Oktober 1965, seminggu setelah penembakan. 

Kematian Ade Irma meninggalkan duka mendalam bagi keluarga Nasution, terutama bagi Jenderal Nasution dan istrinya, Johanna Sunarti Nasution istrinya. Tragedi ini meninggalkan luka psikologis yang mendalam bagi Nasution dan keluarganya. Meskipun begitu, Nasution tetap melanjutkan tugasnya dalam upaya menjaga stabilitas negara. 

Setelah peristiwa G30S/PKI, Jenderal Nasution memainkan peran penting dalam menindaklanjuti kudeta yang gagal dan menghentikan gerakan tersebut. Ia bekerja sama dengan Mayor Jenderal Soeharto dan tokoh militer lainnya untuk mengendalikan situasi. Nasution juga aktif dalam mengungkap peristiwa G30S/PKI dan memastikan bahwa para pelaku mendapatkan hukuman yang sepadan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun