Kesenjangan sosial memang menjadi masalah tahunan yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Adanya kesenjangan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketidaksiapan masyarakat terhadap pandemi, Kebijakan pemerintah, dan pengaruh globalisasi. Ketimpangan sosial di Indonesia telah menjadi isu yang semakin mendesak dalam beberapa dekade terakhir. Meskipun negara ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, kesenjangan antara kelompok masyarakat yang kaya dan miskin tetap lebar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), koefisien Gini, yang mengukur ketimpangan pendapatan, menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, mencerminkan bahwa distribusi pendapatan di Indonesia masih sangat timpang. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap ketimpangan sosial di Indonesia sangat beragam. Pertama, akses terhadap pendidikan yang berkualitas masih terbatas, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Banyak anak-anak di daerah tersebut tidak mendapatkan pendidikan yang memadai, yang berdampak pada peluang mereka di masa depan. Kedua, ketidakmerataan dalam akses terhadap layanan kesehatan juga menjadi masalah serius. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil sering kali kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang layak, yang berujung pada tingginya angka kematian dan rendahnya kualitas hidup. penting untuk melakukan analisis mendalam mengenai ketimpangan sosial di Indonesia, serta merumuskan strategi dan kebijakan yang dapat mengurangi kesenjangan ini.Â
Ketimpangan sosial merupakan fenomena yang kompleks dan multidimensional yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negaranegara berkembang seperti Indonesia. Ketimpangan ini mencakup perbedaan dalam akses terhadap sumber daya, kesempatan, dan hak-hak dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Dalam konteks sosial, ketimpangan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan partisipasi politik. Ketimpangan sosial yang tinggi tidak hanya menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berpotensi menimbulkan ketidakstabilan sosial dan konflik.Â
Kesenjangan sosial juga menjadi tantangan dalam aspek ekonomi dan sosial ekonomi kehidupan, ketimpangan sangat mudah memicu kecemburuan. Dalam bentuk apapun, kecemburuan tidak akan mendukung upaya menciptakan atau memelihara keamanan dan perdamaian. Andai saja tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di atas permukaan stabil, aman dan damai, namun terjadi bentrokan, bahkan situasi kontradiktif di bawah permukaan jika ketimpangan sosial diabaikan (Damanik 2019). Ketenagakerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian masyarakat, sedangkan perekonomian merupakan faktor terjadinya kesenjangan sosial. Minimnya lapangan pekerjaan di Indonesia sendiri membuat pengangguran di Indonesia sangat tinggi dan dapat menyebabkan ekonomi kelas bawah menjadi semakin rapuh (Abdain 2014). Kesenjangan sosial akan membuat dirinya terasa dalam waktu yang cukup lama. Karena konsekuensi sosialnya tidak langsung terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, hukum tidak cukup dilihat dari kepentingan sementara dan manfaat sementara, tetapi berbagai aspek sosial dan budaya harus dipelajari. Hal ini karena hukum merupakan seperangkat norma bagi terwujudnya tatanan sosial, baik untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang (Izmuddin 2016). Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai konteks sejarah, tetapi lebih mungkin untuk tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang memiliki seperangkat kondisi: sistem ekonomi moneter, kerja upahan dan sistem produksi untuk keuntungan; Tingkat pengangguran dan setengah pengangguran tetap tinggi untuk pekerja tidak terampil; Upah rendah bagi pekerja; Kegagalan kelompok berpenghasilan rendah untuk meningkatkan organisasi sosial, ekonomi dan politik mereka secara sukarela atau atas inisiatif pemerintah; Sistem keluarga bilateral lebih penting daripada sistem unilateral dan; Kekuatan seperangkat nilai dalam kelas penguasa yang menekankan akumulasi kekayaan dan kemungkinan mobilitas vertikal, dan berhemat, serta asumsi bahwa status ekonomi rendah adalah akibat dari ketidakmampuan pribadi atau secara substansial sudah rendah dalam posisinya.Â
Melalui pendidikan bangsa dapat menciptakan generasi yang berkualitas untuk memimpin dan mengemban tugas dalam mewujudkan cita-cita suatu tujuan suatu bangsa. Namun permasalahan ketidakmerataan tunjangan fasilitas sarana dan prasaran, infrastruktur dan factor lainnya menjadi penghambat dalam mewujudkan kualitas SDM yang merata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis factor penyebab kesenjangan social dalam mengakses pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Selanjutnya melakiukan tahap reduksi data, penjayian data yang dihasilkamn dari analisis hasil data yang telah diperoleh , dan terakhir penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial dalam bidang pendidikan, antara lain Rendahnya kualitas sarana sekolah dan tenaga pengajar, minimnya infrastruktur, sedikitnya buku refensi, masalah biaya pendidikan dan SBN p luas. Pendidikan memberikan pembelajaran yang cukup penting dan dibutuhkan saat ini. Belajjar mengembangkan perspektif dalam memandang kehidupan. Pendidikan hakikatnya merupakan hasil dari pelajaran positif yang diambil dari pengalaman yang telah kita lalui dalam kehidupan . Maka dari itu pemerintah memberikan pendidikan dari usia sedini mungkin. Dengan adanya pendidikan kita mampu membedakan pemikiran-pemikiran yang benar maupun salah. Menjadi pedoman dan bekal untuk menentukan keputusan. Karena dengan adanya pendidikan yang berhasil seseorang mampu menyelesaikan masalah dengan bijak, hal ini Karen ilmu yang telah mereka pelajari membantu mereka dalam berpikir lebih tenang dan cermat.Â
Salah satu yang menjadi permasalahan utama hampir di setiap negara terutama negara berkembang adalah masalah kesenjangan. Kesenjangan dapat terjadi dalam segala aspek sosial, hal ini disebabkan karena ketidakmerataan pendistribusian. Kesenjangan biasanya terjadi pada ketidakmerataan pendistribusian aspek- aspek perekonomian sehingga muncullah istilah kesenjangan sosial ekonomi. Dalam mewujudkan penerapan sistem ekonomi di Indonesia dengan lebih matang perlu diperhatikan beberapa karakteristik yang tidak dapat dilewatkan demi menjamin kesejahteraan bersama. Setiap kegiatan ekonomi merupakan tanggung jawab bersama atas ikatan kekeluargaan dengan ketentuan berbagai cabang produksi menjadi urusan kekuasaan negara sebagai jaminan hak hidup bersama. Karakteristik perekonomian Indonesia juga menjamin penuh komponen sistem campuran tanpa memberatkan warga negaranya. Sesuai sistem ekonomi pancasila setiap kegiatan dilangsungkan demi menjaga keamanan mereka yang hidup di dalamnya. Fenomena kesenjangan sosial di Indonesia sering ditemukan. Beritaberita di media bertebaran mengangkat ketertindasan kelompok masyarakat atau individu dalam kehidupan sosial. Demikian pula yang tidak diberitakan di media soal peristiwa bersumber pada realitas sosial yang aktual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H