Cinta, bagi Erich Fromm, bukanlah sekadar perasaan spontan atau ketertarikan emosional, melainkan sebuah seni yang membutuhkan usaha, pemahaman, dan kesadaran mendalam. Dalam bukunya The Art of Loving, Fromm menjelaskan bahwa cinta otentik hanya dapat tumbuh jika didasari oleh empat elemen utama: perhatian (care), tanggung jawab (responsibility), penghormatan (respect), dan pemahaman (knowledge). Elemen-elemen ini tidak hanya memperkuat hubungan, tetapi juga menjadi dasar bagi pertumbuhan pribadi.
      Elemen pertama, perhatian, adalah inti dari cinta yang sejati. Fromm menyatakan, "Cinta adalah perhatian aktif terhadap kehidupan dan pertumbuhan orang yang kita cintai" (Fromm, 1956, p. 27). Dalam praktiknya, perhatian berarti memperhatikan kebutuhan, kebahagiaan, dan kesejahteraan pasangan atau orang terkasih tanpa pamrih. Perhatian ini berbeda dengan obsesi atau kontrol; ia lahir dari niat tulus untuk mendukung pertumbuhan orang lain, bahkan ketika hal itu mungkin menuntut pengorbanan.
      Selanjutnya adalah tanggung jawab. Tanggung jawab bukan berarti memikul beban, melainkan kesediaan untuk merespons kebutuhan orang lain dengan sepenuh hati. Menurut Fromm, "Cinta sejati melibatkan tanggung jawab untuk bertindak demi kebaikan orang lain tanpa merasa terbebani" (Fromm, 1956, p. 30). Tanggung jawab ini mencerminkan kesediaan untuk hadir dan mendukung orang lain di saat-saat yang sulit, menciptakan rasa aman dan kepercayaan dalam hubungan.
      Penghormatan, elemen ketiga, sering kali disalahartikan sebagai rasa takut atau kepatuhan. Namun, Fromm menegaskan bahwa penghormatan dalam cinta adalah "kemampuan untuk melihat orang yang kita cintai sebagaimana adanya, dan memberinya ruang untuk menjadi dirinya sendiri" (Fromm, 1956, p. 34). Ini berarti menghargai kebebasan, identitas, dan nilai-nilai orang lain tanpa berusaha mengontrol atau mengubah mereka. Penghormatan adalah dasar bagi hubungan yang sehat dan saling menghormati.
      Terakhir, cinta yang sejati memerlukan pemahaman. Pemahaman melibatkan pengetahuan mendalam tentang diri sendiri dan orang lain. "Cinta dimungkinkan hanya jika kita mengenal orang lain di luar lapisan luarnya, memahami kebutuhan, perasaan, dan perjuangannya" (Fromm, 1956, p. 36). Pemahaman ini hanya bisa dicapai melalui komunikasi yang jujur dan keinginan untuk benar-benar mendengar. Dengan pemahaman, cinta menjadi lebih dari sekadar perasaan---ia menjadi koneksi yang mendalam.
      Keempat elemen ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Perhatian tanpa tanggung jawab akan terasa kosong, penghormatan tanpa pemahaman akan kehilangan maknanya, dan begitu pula sebaliknya. Dalam dunia yang sering kali dipenuhi oleh cinta yang dangkal dan transaksional, ajaran Fromm menjadi panduan untuk membangun hubungan yang lebih mendalam dan bermakna. Ketika kita memahami dan mempraktikkan elemen-elemen ini, kita tidak hanya mencintai orang lain dengan lebih baik, tetapi juga belajar mencintai diri sendiri.
 Referensi
Fromm, E. (1956). The Art of Loving. New York: Harper & Row.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H