Psikologi positif adalah cabang ilmu yang menekankan aspek-aspek positif dalam kehidupan manusia, seperti kebahagiaan, kesejahteraan, dan potensi individu. Dalam konteks budaya Gorontalo, konsep ini dapat dipahami melalui nilai-nilai kolektif dan tradisi yang telah lama dianut oleh masyarakat setempat.
Budaya Gorontalo dikenal dengan sifat kolektifnya, di mana kepentingan kelompok sering kali diutamakan dibandingkan kepentingan individu. Hal ini tercermin dalam tradisi gotong royong, atau "huyula", dan tenggang rasa yang kuat (Usman dkk, 2024). Nilai-nilai ini berperan penting dalam membentuk kesejahteraan psikologis individu, karena dukungan sosial dari keluarga dan komunitas dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam menghadapi tekanan hidup.
Salah satu tradisi yang mencerminkan nilai-nilai tersebut adalah "Tolobalango". Dalam perspektif bimbingan dan konseling, Tolobalango mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal Gorontalo ke dalam proses pendampingan psikologis dan pembinaan individu (Muslim, 2024). Tradisi ini menekankan kebersamaan, tahapan kehidupan, dan pembentukan karakter, yang semuanya berkontribusi pada kesejahteraan mental dan emosional individu.
Selain itu, tradisi "Mongubingo" dalam budaya Gorontalo juga memainkan peran penting dalam pembentukan identitas dan peran gender (Polinggapo dkk, 2024). Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai seperti kesucian, tanggung jawab, dan kejujuran, yang dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis individu dengan memberikan rasa identitas dan tujuan dalam kehidupan.
Budaya kolektif Gorontalo juga mempengaruhi cara individu mengekspresikan dan mengelola emosi. Dalam masyarakat yang menekankan kebersamaan, ekspresi emosi sering kali disesuaikan untuk menjaga harmoni sosial (Azis dkk, 2024). Pemahaman ini penting dalam konteks psikologi positif, karena pengelolaan emosi yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan hidup.
Dukungan sosial yang kuat dalam budaya Gorontalo juga berperan dalam resiliensi individu terhadap gangguan mental (Usman dkk, 2024). Meskipun stigma terhadap gangguan mental masih ada, budaya kekeluargaan yang kuat dapat menjadi sumber dukungan yang signifikan bagi individu yang menghadapi tekanan psikologis. Hal ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dapat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis masyarakat.
Penerapan nilai-nilai budaya dalam praktik bimbingan dan konseling di Gorontalo dapat meningkatkan efektivitas intervensi psikologis (Muslim, 2024). Dengan memahami dan menghargai nilai-nilai lokal, konselor dapat memberikan layanan yang lebih sesuai dengan konteks budaya klien, sehingga meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka.
Selain itu, tradisi seperti "Molonthalo" yang melibatkan upacara dan ritual keagamaan dapat memberikan rasa makna dan tujuan dalam hidup individu (Liputo & Fitroh, 2023). Dalam acara ini, anggota komunitas berkumpul untuk melantunkan zikir, doa, dan pujian kepada Tuhan, sering kali diiringi oleh irama musik tradisional seperti gambus atau rebana. Partisipasi dalam ritual semacam itu dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dengan memberikan rasa keterhubungan dengan komunitas dan warisan budaya.
Berdasarkan perspektif psikologi positif, "Molonthalo" berkontribusi pada makna hidup, yang merupakan salah satu pilar utama kesejahteraan psikologis menurut teori Seligman. Dalam ritual ini, setiap peserta merasakan keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri, baik itu Tuhan, alam, atau komunitas mereka. Rasa makna ini dapat memberikan dorongan emosional yang signifikan, terutama dalam menghadapi tantangan hidup.
Dengan demikian, nilai-nilai dan tradisi dalam budaya Gorontalo memainkan peran penting dalam membentuk kesejahteraan psikologis individu. Dengan menekankan kebersamaan, dukungan sosial, dan identitas budaya, masyarakat Gorontalo dapat mencapai kesejahteraan yang sejalan dengan prinsip-prinsip psikologi positif.
DAFTAR PUSTAKA