Mohon tunggu...
Irvan Setiawan
Irvan Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - blog pribadi

ayo baca berita

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Indonesia di Bawah Kuasa Super Power

8 Desember 2019   17:36 Diperbarui: 8 Desember 2019   17:42 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia adalah negara berkembang yang gencar dalam melakukan pembangunan khususnya dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi ini gencar dilakukan sejak zaman Orde Baru. Fokus negara terhadap pembangunan ekonomi berdampak positif terhadap kelangsungan bangsa Indonesia, karena perekonomian negara menjadi lebih berkembang. Di samping itu perlu diketahui bahwa terdapat dampak negatif pula yang diraih oleh Indonesia yang pastinya sangat merugikan negara. Tentu saja hal ini menjadi sebuah penyesalan besar yang dialami bangsa yang mengakibatkan terjadinya demonstrasi massal.

Dibalik gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara, terdapat sebuah rahasia publik yang telah kita semua ketahui, yaitu adanya sebuah kekuatan yang menopang pembangunan Indonesia oleh negara Amerika Serikat. Hal ini semua dapat terjadi sejak diberlakukannya undang-undang yang memperbolehkan investor asing menanamkan modal di Indonesia. Sejak saat itulah perekonomian Indonesia menjadi rumit.

Penyebab dari semua ini yaitu karena sistem geopolitik Indonesia yang berusaha membangun hubungan dengan negara lain khususnya dengan Amerika Serikat. Negara asing yang menginginkan keuntungan besar baginya pasti akan memberikan suapan manis terlebih dahulu yaitu dengan memberikan suntikan dana kepada Indonesia. Hal ini menjadi keuntungan bagi Indonesia untuk melakukan pembangunan nan megah. Tetapi ini semua hanya tipu daya saja. Bangsa kemudian dikejutkan oleh kabar besar tentang bagaimana Indonesia terlilit hutang yang besar kepada Amerika Serikat terkait hasil pembangunan. Sungguh sesuatu yang mencekik dibalik sebuah keindahan. Ketika cekikan ini menyebar ke seluruh penjuru nusantara, kemudian timbulah demonstasi massal mahasiswa untuk melengserkan kekuasaan rezim Orde Baru yang dianggap sangat menyimpang.

Setelah Kekuasaan dari rezim Orde Baru melengserkan diri, Indonesia mulai menerapkan sistem demokrasi yang hingga saat ini masih diterapkan. Sistem demokrasi tentu dianut dari bangsa Eropa yaitu Amerika Serikat yang dapat kita ketahui tentu dianut dari bangsa Eropa yaitu Amerika Serikat yang dapat kita ketahui bahwa jelas terdapat perbedaan yang signifikan antara negara Indonesia dengan negara asal pengembang sistem demokrasi. Memang hingga saat kini demokrasi di Indonesia telah memenuhi syarat yang sebagimana semestinya. Tetapi perlu disadari bahwa Indonesia belum menjalankan fungsi dari demokrasi itu sendiri. Entah mengapa ini bisa terjadi. Pasti terdapat sebab-sebab yang jelas mengapa terjadi tidak sinkronnya demokrasi di Indonesia dengan negara asalnya Amerika Serikat.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah negara yang bergaris SARA. Tak dapat dipungkiri, hal ini terjadi karena Indonesia yang terdiri dari masyarakat yang sangatlah heterogen dibandingkan dengan negara lain. Ketika Indonesia dijejali oleh sistem berbau Eropa tentu akan sulit untuk dicerna, karena jelas terlihat dari ideologi yang dianut pun berbeda dengan Amerika Serikat. Bahkan sangat jauh berbeda.

Indonesia yang berideologi pancasila harus menganut sistem demokrasi bergaya eropa tentu saja ini terlihat aneh jika telah ditelusuri. Aneh karena Amerika Serikat sendiri adalah negara yang berideologi Liberal, dan negara Liberal sendiri adalah negara yang bebas. Mereka adalah negara sekuler yang tak bertuhan, lebih jelasnya mereka tidak menjadikan tuhan sebagai salah satu cara menjalankan kekuasaan. Sedangkan Indonesia yang berideologi Pancasila menegaskan dalam Sila Pertamanya yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa", hal ini jelas bahwa Indonesia menomorsatukan Tuhan dalam setiap langkah bernegara.

Perbedaan yang signifikan dalam ideologi antara Indonesia dengan Amerika Serikat seharusnya patut disadari sangat berbanding terbalik. Sistem demokrasi yang dicanangkan di Indonesia hingga saat ini terus dijalani seakan seperti dipaksakan padahal dengan jelas ketika penerapan demokrasi itu sendiri selalu ada gejolak dalam masyarakat, yang menandakan bahwa sistem demokrasi di Indonesia belumlah tepat, perlu adanya revisi. Misalnya saja perihal kebebasan berpendapat, ketika itu Pers menjadi media penyalur aspirasi yang berperan sangat penting bagi masyarakat. Tetapi ketika elite pemerintah melakukan yang hanya mereka inginkan bukan karena rakyat, Pers akan direbut sehingga media ini menjadi seakan redup dari pemberitaan politik, atau bahkan Pers dikendalikan dengan hanya menyiarkan berita tentang bagaimana kinerja baik pemerintah. Padahal yang sebenarnya Pers haruslah independen dari cengkraman pemerintah tanpa kecuali. 

Dengan apa yang dipaparkan sebelumnya kita dapat menyimpulkan bahwa Indonesia sebenarnya sedang dilanda paparan sinar Liberalisme yang super bebas tanpa ketuhanan dalam kehidupan. Ini sangatlah berbahaya karena kita sebagai negara yang mempercayai Tuhan serta menjalankan pemerintahan dibawah sumpah Tuhan seharusnya bisa teguh untuk menahan paparan Liberalisme. Bahkan terlihat dengan mata kepala kita bahwa kita memang sudah terjangkit akan hal tersebut. Tetapi sebagai warga negara yang bertuhan kita patut memegang teguh serta melawan hal tersebut, karena itu merupakan hal yang mulia jika dilakukan oleh kita sebagai manusia.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa kita hanyalah manusia ciptaan Tuhan. Kita hanya perlu mengingat untuk apa sebenarnya kita diciptakan, serta apakah sebenarnya arti yang sesungguhnya dari politik. Bahwasanya kekuasaan yang manusia gapai dan perebutkan baik oleh Indonesia yang gencar melakukan pembangunan maupun Amerika Serikat sebagai negara Superpower yang menguasai sebagian besar dunia, akan tiada artinya. Apa yang mereka lakukan akanlah sia-sia ketika hari itu datang, tepatnya akhir zaman. Segala kekuasaan akan lenyap kecuali kekuasaan Absolut yang dimiliki oleh Tuhan. Seluruh manusia akan menyesal telah mengejar kehausan kekuasaan politik duniawi, sehingga mereka lupa akan tujuan utama dari politik yang sebenarnya yaitu sebagai realitas mencari kebenaran bagi kehidupan yang lebih baik untuk mendapat bekal di akhirat nanti.

*Ditulis oleh mahasiswa semester I mata kuliah Ilmu Politik Prodi Ilmu Komunikasi, Fisip Untirta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun