Mohon tunggu...
irvan setyawan
irvan setyawan Mohon Tunggu... -

Lokasi tepatnya adalah kota batulicin, sekitar 20 menit dengan pesawat dari Banjarbaru atau 5-6 jam perjalanan darat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Acara Debat Capres/Cawapres: Membosankan, Monoton, dan Gak Perlu

23 Juni 2014   14:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:36 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era hiburan digital dan kemajuannya, acara debat capres yang diselenggarakan KPU cenderung terkesan monoton dan tak menarik—kalau tidak dibilang basi.

Debat capres sudah memasuk sesi ketiga. Semua capres telah menjelaskan visi misi atas masalah politik internasional dan keamanan Nasional. Saya gak akan menilai bagaimana hasil dari pernyataan visi misi maupun debat yang dilakukan semalam. Karena hal tersebut hak sepenuhnya konstituen. Dan untuk penilaian saya, biar saya sendiri yang tahu.

Terlepas bagaimana hasil yang ingin dicapai dari penyampaian visi misi yang diselenggarakan KPU, ada beberapa catatan penting yang menurut saya perlu digarisbawahi. Lagi-lagi ini pendapat saya pribadi loh. Pertama-tama adalah pemandu acara. Kita bisa memahami kalau calon-calon presiden maupun wapres yang beradu misi visi terlihat grogi. Maklum kemasannya kayak cerdas-cermat.

Anak SD yang belajar tiap hari aja grogi kalau sudah menghadapi ujian. Nah disitulah fungsi pemandu acara. Dialah sosok sentral yang dapat mengarahkan sebuah acara menjadi menarik atau tidak.

Menurut saya, acara debat capres/cawapres gak perlu sosok ahli di bidang militer, atau politik atau apapun. Karena mereka gak bakal diminta pendapatnya. Toh soal-soal yang ditanyakan sudah dibuat oleh tim ahli KPU. Kami cuma butuh orang yang berwawasan, luwes di depan kamera, menguasai panggung, dan dapat mencairkan suasana (sedikit provokatif juga oke, asal jangan kelewatan). Orang-orang ini yang membuat tontonan adu visi-misi seperti tontonan piala dunia (jangan lupa kacang atau berondong jagung ya).

Kedua: Formatnya juga jangan kayak cerdas-cermat. Kita tidak sedang menseleksi orang yang pantas diberi piala terus cipika-cipiki (ya Tuhan!). Hey, kita sedang memilih pemimpin negara. Sumpah, kita juga gak sedang memprovokasi arus bawah untuk saling berperang. Cobalah dibuat seperti diskusi ketimbang debat. Masing-masing bisa memberikan visi-misinya dengan lebih bernas, luwes (dua kali saya ucapkan) tanpa saling menjatuhkan. Toh ujung-ujungnya juga untuk kemaslahatan rakyat. Kalau debat menurut saya, lebih pada membenturkan kepala yang ujung-ujungnya malah menambah panas suasana.

Ketiga: Keluarlah dari pakem yang ada. Jangan monoton, medioker, dan gak berkarakter. Kita harus punya acara yang menarik secara konten, indah secara seni, dan rapi dalam manajemen. Acara adu misi capres/wapres bertepatan dengan siaran piala dunia. Meski dipandang penting, namun bukan berarti orang gak lebih mengapresiasi piala dunia. Bola identik dengan kompetisi, namun bola juga identik dengan persaudaraan. Itulah fenomenalnya piala dunia. Dan itulah yang saya harapkan dari acara ini.

Keempat: Ini khusus untuk peserta adu visi misi. Boleh ya sebelum maju ke debat, belajar dulu? Biar gak terkesan dipecundangi sama KPU. Ingat ya, adu visi misi ini untuk memilih pemimpin bagi 250 juta penduduk Indonesia. Tolong, jangan remehkan kami.

Kelima, penonton di studio. Mohon pastikan mereka mengikuti aturan, menjadi bagian terintergrasi dari acara, dan tidak sekedar keras-kerasan teriak. Sepanjang yang saya perhatikan, mereka bahkan gak semenarik pemandu sorak bola basket atau sebangsanya. Cobalah memiliki cara yang lebih simpatik dan dewasa dalam memberikan dukungan. Bisa juga sih ada sesi khusus untuk adu yel-yel. Supaya para pendukung lebih kreatif dan gak terkesan bodoh.

Sekali lagi ini sekedar usul. Apakah Anda setuju?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun