Mohon tunggu...
irvan satya wardani
irvan satya wardani Mohon Tunggu... -

Seorang penderita insomnia, bukan amnesia dan terkadang mengalami gejala schizophrenia, yang ingin merubah dirinya dan seluruh dunia..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

tindakan tolol

2 Mei 2010   10:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:28 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari sini aku bisa melihat bermil-mil jauhnya, dari sini aku melihat carut marutnya lalu lintas metropolitan dibawah sana, dari sini juga bisa kulihat betapa kotornya udara kota metropolitan, disini aku rasakan terpaan angin yang begitu kencang. Ya aku tengah berdiri tepat dipinggir sebuah gedung pencakar langit, aku bukan ingin bunuh diri, jika ada yang melihat pasti mengira aku ingin terjun kebawah sana. Untuk apa aku terjun, untuk apa aku bunuh diri. Aku memiliki keluarga yang sempurna, seorang ayah yang berkerja keras demi hidupku, yang pasti memberikan apapun yang kuinginkan, seorang ibu yang begitu menyayangiku, seorang kakak yang sangat pengertian kepadaku, seorang keponakan yang sangat lucu serta selalu menantikan kedatanganku, selain itu aku juga memiliki seorang kekasih yang sangat aku cintai dan sangat mencintaiku serta pengertian dan sangat setia, ada juga tiga orang sahabatku yang selalu ada dikala aku membutuhkan mereka, bersama mereka telah banyak kulalui hal-hal gila yang sangat menyenangkan, kuliahku juga tinggal menempuh masa skripsi, aku memiliki masa depan yang cukup cemerlang, tidak ada alasan untuk aku loncat kebawah sana. Aku berada disini hanya untuk meniru sebuah adegan dalam film favoritku City of Angels, dimana sang tokoh utama berdiri ditepi gedung pencakar langit, sepertinya menyenangkan, tapi ternyata cukup menakutkan juga, sekarang aku tidak berani bergerak satu mili pun,bahkan untuk menggerakkan tanganku pun aku terlalu takut, rasanya jika aku bergerak sedikit saja aku pasti kehilangan keseimbangan dan terjatuh, sial. Bodohnya, kenapa aku tidak meniru adegan lain saja, seperti berdiri ditepi pantai dikala mentari hendak menyapa dunia dan mendengarkan nyanyian ombak serta merasakan terpaan angin pantai diwajah. Terlambat, sekarang aku sudah disini, aku harus bagaimana? Sialnya lagi sepertinya tidak ada yang menyadari keberadaanku disini. Bodoh sekali yang kulakukan ini, kuharap tidak ada yang akan menirunya. Aaaaah sudahlah cukup sampai disini saja. Sial!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun