Saya adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara, Kakak saya perempuan,kini ia telah menikah dan memiliki seorang jagoan kecil yang lucu. Adik saya perempuan kecil yang lucu sekarang sudah menjelma menjadi seorang putri yang anggun, pandai berhias dan manja. Saya anak lelaki satu2nya di keluarga. Saya kecil adalah anak yang selalu dekat dengan ayah bahkan saya sampai berfikir bahwa teman sejati saya ya ayahku, setiap pulang sekolah ayah selalu menyempatkan diri untuk menjeput setelah pekerjaan di klinik pribadinya selesai dan tidak ada pasien yang datang. Ayah saya seorang dokter THT yang berpraktik di salah satu RS di Jakarta Timur dan memiliki klinik umum tepat di samping rumah kami, dimana ayah selalu stay di kliniknya saat ayah tidak ada jadwal praktik di RS, sedangkan ibu saya seorang perawat di RS yang berbeda di sekitaran Jakarta Timur. Dapat dibayangkan betapa sibuknya ayah dan ibu sya tetapi waktu untuk anaknya pun tidak berkurang sama sekali, hebatnya mereka. Namun sejalannya waktu saya semakin beranjak dewasa dan naik tingkatan kelas di sekolah dasar semakin berkurangnya waktu mereka di rumah terutama ayah. Waktu itu saya naik ke kelas 5 dan ayahku menutup kliniknya dikarenakan ayah mendapat tempat praktik di RS lain tanpa meninggalkan RS dimana ia berpraktik sebelumnya,jadilah ia bekerja di 2 RS. Di saat itu lah saya merasa kehilangan sosok ayah sekaligus sahabat saya, ketika saya bangun tidur pagi hari dan pada saat ritual sarapan pagi pun tidak ada sosok sahabat terbaik itu, di sana hanya ada aku, ibu dan kakak perempun saya, saat itu adik saya masih dalam kandungan ibu saya. Saat adik sya lahir disitulah kebahagian mulai bangkit bukan hanya karena mendapat adik saja tetapi di saat itu ayah benar2 ada dan Nampak di depan mataku, tapi kebahagian itu mulai luntur lagi seminggu setelah kelahiran adik saya, beliau mulai sibuk kembali. Tidak terasa saya mulai naik kelas 6, lulus SD lanjut ke SMP dan adik saya pun mulai masuk seklah TK kecil, kakak saya mulai naik smester di kuliahnya, ibu pun mulai ikut sibuk namun bersyukurnya ibu hanya bekerja pagi saja sampai sore hari jadi kami bias bersama dengannya berkumpul menghabiskan hari sampai aku mulai mengantuk, Begitu seterusnya keseharian saya.
Di waktu saya mulai naik kelas 2 SMP ada rasa dimana saya sangat kangen dengan masa lalu, di mana ayah dulu yang mengajarkan saya mengendarai sepeda bahkan hanya belajar 2 hari dengannya saya langsung bisa menyeimbangkan sepeda roda dua dan mulai lancar mengendarainya, ayah juga yang sering mengajak saya dan kakak saya ke sebuah toko kue donat yang sangat terkenal dari zaman dulu, sampai sekarang toko itupun masih Berjaya, di setiap mall pun ada toko itu walaupun sekarang sudah banyak toko2 kue donat yang baru2. Selain itu ayah yang saya kenal sangat hebat dan kuat, menangis saat saya mengalami insiden dimana saya terpleset di lantai yang basah sehingga kepala belakang saya terbentur sangat kencang, bahkan efek dari cidera kepala itu ada sampai sekarang dan sering kambuh. yang saya ingat waktu itu hanya saat saya jalan dan terpleset saja, bahkan saya tidak merasakan sakit dan sebagainya, yang saya tau tiba2 saya tersadar di suatu tempat yang sudah tidak asing lagi suasananya, yaitu rumah sakit.
yup, di saat saya sadar itu lah saya melihat ayah meneteskan air mata, menangis tanpa suara hanya mengelus pipi dan menatapi saya saja. Apa yang saya bayangkan saat itu seperti nyata terjadi lagi, moment2 indah dulu bersama ayah. Kenangan - kenangan itu membuat saya berfikir bahwa saya tidak akan mungkin lagi seperti dulu,kini saatnya saya mencari kehidupan sendiri, tapi saat itu saya salah langkah karena saya mulai berteman dengan anak2 brandal, pentolan di SMP saya, sering berantem, kenal dengan rokok. Saat itu saya senang bila kelakuan saya itu harus berujung menjadi masalah dan guru2 memberi saya hukuman sekaligus ortu dipanggil ke sekolah, disaat itu lah saya merasa bahwa orang tua saya ikut terlibat dalam dunia saya, mereka seperti perhatian sekali dengan saya. Ya begitulah kehidpan saya dulu, sampai akhirnya saat saya mulai masuk SMA , saya mulai mengerti dengan kesibukan ayah. kenapa hanya saya yang merasa sangat berat dengan terjadinya kerenggangan antara ayah dengan anak di keluarga saya? Karena kedua saudara perempuan saya lebih dekat dengan ibu, bahkan mereka terlihat seperti sahabat. Masa SMA saya sangat berubah, berbeda dengan waktu saya SMP, saya lebih menyibukkan diri saya dengan kegiatan2 sekolah, contoh : saya menjadi salah satu anggota OSIS, saya ikut PASKIBRAKA,Taekwondo,basket,PMR dan hanya 1 bidang yang nggak saya ikuti yaitu sepak bola, kenapa? Karena saya pikir sudah terlalu banyak ekstrakurikuler yang saya geluti dan sepak bola itu adalah bidang yang baru berjalan. Itu semua saya lakukan untuk mengalihkan prilaku negative saya dulu dan menyampingkan rasa rindu kepada ayah, pada saat itulah saya malah menjadi orang tersibuk di keluarga. Mungkin ini suatu mukzizat dari Allah S.W.T dimana harapan saya ingin bercanda,bermain,bertukar pikiran dan semua kegiatan bersama ayah dapat tercapai, Allah telah mempertemukan saya dengan sahabat saya dalam keluarga.
Kejadian ini sungguh sangat membuat saya ngedown,malu,bahagia dan terharu, Saat itu sekolah pulang cepat karena ada RAKER guru di sekolah, jadilah saya langsung pulang saja, jarang2 loh saya pulang jam 1 siang kan lumayan bisa browseran, sampai di rumah saya langsung aja naek ke lantai 2 menuju kamar, saya pikir nggak ada orang di rumah itu karena memang sepi. Saat saya ingin mengganti seragam dengan pakaian rumah tiba2 pintu kamar saya didobrak oleh ayah, saat itu saya benar2 kaget sekaget kagetnya. Ayah terlihat sangat murka di depan saya, matanya melotot tajam, mukanya merah seraya berkata "Kamu masih saja ya senang buat masalah, nggak seperti biasanya kamu pulang begitu cepat, pasti kamu bolos ya?" mukanya sangat merah padam. Sedangkan saya hanya terdiam dan menunduk berdiri di hadapannya, saya berusaha menjelaskan kenapa pulang cepat dari sekolah, dengan suara terbata saya bilang "aku nggak bolos yah, guru2 ada RAKER kalo emang nggak percaya telpon saja bu inne!!". Bu Inne adalah wali kelas saya. dengan tidak diduga ayah saya angkat bicara, sambil tertawa kecil beliau bilang "iya ayah sudah tau tadi ketika kamu pulang ayah langsung telpon wali kelasmu. Masa anak laki digeretak begitu aja langsung layu, ayahkan Cuma mau bercanda , sudah lama ayah tidak bercanda dengan kamu mas(ortu saya selalu memanggil saya dengan sebutan "mas" dan mereka manggil saudara peprempuan saya dengan sebutan "mbak"), jujur mas ayah sangat kehilangan jagoan kecil ayah, ayah kangen jagoan kecil ayah bilang "bimbis ata" (waktu saya kecil, saya selalu tidak bisa menyebutkan mobil Bis Kota jadi ya saya bilangnya "bimbis" yang artinya mobil bis, sedangkan "ata" adalah kota", hahaha geli saya kalau inget2 itu. Tiba-tiba ayah saya langsung merubuhkan saya ke kasur dan menggelitiki saya dengan dahsyat, itulah ayah saya senangnya menggelitiki anak2nya dengan parah bahkan sampai kakak saya pernah menangis karena itu, tau nggak? Saat saya dikelitiki itu saya benar2 marah karena sudah tidak tahan merasakan keltikan itu, akhirnya saya menemukn cara untuk mengelabui ayah agar mengakhiri kelitikannya, saya pura2 pingsan dan ternyata sangat berhasil ayah saya sangat panik saat itu sambil mengucap "Loh kamu kenapa mas?, hey mas ayo buka matanya!!" akhirnya saya nggak kuat nahan ketawa dan meledaklah tawa saya, dengan respon saya seperti itu ayah saya langsung ikut tertawa dngan masih memelukku. ketika keadaan sudah tenang, ayah saya bicara ke saya dan menurut saya itu sangat sedih sampai nangis saya saat itu, ayah saya bicara ke saya "Irvan jagoan kecil ayah sekarang sudah besar, irvan bisa nggak nak tunjukan ke ayah, prilaku jagoan kecil ayah dulu? karna ayah hanya dengar cerita ibu saja saat pulang kerja,irvan harus tetap jadi jagoan ayah ya sayang?, Jagoan kecil ayah yang dewasa, berprilaku baik dan sopan. Nggak terasa sekarang kamu sudah 2 SMA saja, ayah benar2 kehilangan irvan kecil, sekarang kakakmu sudah mau menikah itu tandanya ayah akan melepas 1 anak ayah dan mungkin dengan tidak terasanya waktu berjalan ayah juga harus melepas kamu untuk hidup bersama dambatan hati kamu, setelah kamu menikah sudah pasti adikmu menyusul, mas. Ayah sering terbayang-bayang hal itu mas kalau ayah lagi sibuk, ayah tidak ingin semuanya jadi terlambat akhirnya ayah seperti nggak pernah punya anak kecil yang seharusnya ayah tau proses tumbuh kembang anak2 ayah, contohnya ya seperti kamu. Semenjak dari kelas 5 SD ayah sudah mulai susah melihat kamu berangkat sekolah, pulang sekolah dan mau bermain dengan kamu aja ayah nggak bisa. Maafin ayah ya van, nanti irvan kalau sudah nikah jangan tinggalin ayah sama ibu ya van, ivan tinggal aja disini ajak istri kamu tinggal disini, karena kakak kamu ikut suaminya dan mungkin nanti adikmu nikah juga harus ikut dengan suami, jadi sudah pasti ayah dan ibu akan kesepian kalau mas juga tinggal di lain rumah bersama istri kamu mas. " akhirnya saya hanya menunduk dan menangis saja saat itu mendengarkan ayah saya bicara. Setelah kejadian itu saya dan ayah sudah kembali seperti dulu hanya bedanya sekarang saya bukan lagi irvan kecil yang selalu ceria,manja dan cerewet, sekarang saya sudah menjadi irvan yang punya banyak problem sebagai mana layaknya remaja, punya kesibukan sendiri. Jadi kalau saya lagi bersama ayah saya tidak lagi main2 seperti dulu, sekarang saya dengan ayah saya lebih banyak jalan bareng ke toko buku,tukar pikiran dan bicara masalah sekolah saya saja, tapi itu sangat berarti buat saya, sampai saya kuliah saat ini saya masih bisa merasakan bahagianya bersahabat dengan ayah saya walaupun saya jauh karena dines di Bandung . I LOVE YOU DADDY
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H