Terbukti dengan cara mereka mengundang Spanyol untuk menekan mereka ke atas di babak 16 besar. Maroko tidak terlalu mendominasi ketika melawan Spanyol, tetapi mereka juga berhasil menjebak Portugal ke dalam perangkap yang sama dengan navigasi defensif yang memukau.
Maroko mungkin hanya mencetak tiga gol dalam lima pertandingan sejauh ini di Qatar, tidak termasuk adu penalti, tetapi jumlah itu harus dianggap "kamuflase" terkesan selalu "bertahan". Tetapi, bukan berarti mereka tak berbahaya dengan gaya defensifnya. Mereka telah menunjukkan bahwa mereka dapat memberi beban pertandingan bagi tim papan atas meski tanpa serangan yang mendominasi.
Amrabat, Ounahi, Boufal sebagai kekuatan Individu
Kekuatan Maroko tak hanya terletak pada kolektif, tetapi mereka juga tidak kekurangan bakat individu. Gelandang Fiorentina Sofyan Amrabat tampil luar biasa di lini tengah, memadamkan api di depan lini belakangnya dan kemudian memulai serangan balik, tampil mengesankan khususnya saat timnya menang atas Spanyol.
Kabarnya, pesonanya mulai memikat Liverpool yang sedang memantau pemain berusia 26 tahun itu dengan maksud untuk kemungkinan mengontraknya pada bulan Januari.
Lalu, di sebelah kanan Amrabat di tiga lini tengah Maroko, ada pemain yang bisa dibilang lebih "kece". Azzedine Ounahi baru bermain di kasta ketiga Prancis 18 bulan yang lalu, tetapi dia tak kalah bersinar di Qatar.
Sampai Luis Enrique berkomentar, " Madre ma , dari mana anak ini berasal?" sesaat setelah Ounahi menyingkirkan La Roja dari kompetisi. "Dia benar-benar bisa bermain," tambahnya.
Pemain berusia 22 tahun itu sangat bagus dalam permainan itu, menunjukkan sisi komersil, serta kualitas teknisnya.
Mereka sama-sama mengesankan melawan Portugal, dengan sebagian besar momen serangan terbaik Maroko terjadi melalui mereka, seperti yang mereka lakukan melawan Spanyol. Begitu juga Ounahi bermain untuk klubnya Angers di Ligue 1 dengan teknik yang sama dan begitu pula pemain sayap Sofiane Boufal, serta pemain luar biasa lainnya untuk Maroko selama turnamen.
Mantan bintang Southampton ini tampil mengesankan dalam perjalanan Maroko ke semifinal dengan dribblingnya yang menarik dan sulit dipahami, yang kadang-kadang membantu mengurangi tekanan di timnya. Faktanya, rata-rata 2,4 dribelnya per pertandingan lebih banyak daripada pemain lain. rekan satu timnya, sementara penyerang Prancis Kylian Mbappe adalah satu-satunya pemain yang masih aktif di turnamen yang menggiring bola lebih banyak per pertandingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H