Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Dekade Mavi Marmara dan Tragedi Kemanusiaan yang Tak Kunjung Usai

31 Mei 2020   08:17 Diperbarui: 31 Mei 2020   08:35 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di depan matanya, rekan sesama jurnalis yang sedang memegang kameranya untuk mengambil foto serangan mencoba mendokumentasikan apa yang sedang terjadi. Ia jatuh ke lantai dan sebagian darahnya menutupi sepatu Jamal. Ia kebingunan saa itu, di kondisi apapun seorang jurnalis seharusnya langsung berbalik badan ke arah kamera dan melaporkan semua yang terjadi. Kemudian rombongan ditahan oleh tentara Israel dan tak berapa lami merekapun dibebaskan.

Dalam tragedi kemanusiaan apapun, dokter selalu menjadi garda terdepan walaupun tanpa senjata mereka berjuang dengan ketakberdayaan menyelamatkan tiga penumpang yang ditembak oleh Israel walaupun para dokter tahu persis semua penumpang tak akan mampu melawan karena tak memiliki peralatan yang dibutuhkan.

Tentara Israel ternyata tidak begitu suka dengan jurnalis yang selalu melaporkan peristiwa secara akurat dan apa adanya. Mereka memperlakukan jurnalis dengan sangat buruk, bahkan Jamal mendapatkan perlakukan yang paling kasar. 

Tentu saja pemerintah Israel mencari pembenaran dan menuduh penumpang memiliki senjata dan bahkan mengklaim kapal Mavi Marmara telah lancang memasuki wilayah Israel. Bisa saja Israel dengan mudah meyakinkan dunia, namun keberadaan para jurnalis di tengah situasi tersebut mampu membuktikan bahwa tidak ada senjata di atas kapal dan terjadi di tengah peraiaran internasional bukan di wilayah Israel. 

Jamal menekankan bahwa pentingnya jurnalisme di tengah kondisi genting untuk terus mengungkapkan kejahatan yang tak tersentuh oleh publik dan meluruskan catatan yang para penguasa yang tak mampu menulis ulang buku-buku sejarah.

Pertanyaan menohok dalam sebuah tragedi kemanusiaan adalah apa gunanya memberikan informasi yang benar serta meluruskan kesimpangsiuran jika orang yang tak bersalah atau orang yang melakukan kesalahan kecil untuk bertahan hidup masih terbunuh. 

Sayangnya, kejadian tersbut masih terjadi hingga saat ini. Terbukti, 10 tahun setelah tragedi Mavi Marmara hanya dengan uang palsu 20 dolar seorang George Floyd meninggal di lutut seorang polisi. Jurnalis hanya bisa merekam, namun tidak mudah melawan petugas untuk menyelamatkan satu nyawa.

Menurut Jamal saat ini banyak jurnalis yang menjadi sasaran tuduhan pencemaran nama baik sementara banyak pelaku  kejahatan dibiarkan melenggang tanpa ada satupun vonis dan dakwaan. Selama 10 tahun berlalu, tidak ada perubahan soal perlindungan dan penyelamatan kemanusiaan, bahkan Israel terus menggunakan kekuatan veto mereka di PBB untuk melindungi penduduk dan wilayah yang mereka klaim. 

Jangan sampai dunia terbiasa dengan pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah dan menganggap ketidakberdayaan melawan ketidakadilan dan menegakkan keadilan sesuatu hal yang lumrah. Itu sebabnya kebebasan pers dan kebebasan berpendapat menjadi jalan tengah mendobark kedigdayaan pihak-pihak yang menunggangi kekuasaan untuk memuaskan kepentingan sesaat. 

Dengan informasi yang benar, walaupun kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam persidangan dipengadilan, setidaknya informasi tersebut menggiring masyarakat terus menyuarakan di feed berita mereka untuk terus membela kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun