Oh ya, ada sesuatu yang menarik di balik delkarasi Projo ke Prabowo, minggu 15 Oktober kemarin. Rakernas tersebut seharusnya berlangsung selama dua hari, tapi justru berakhir dalam waktu 3 jam saja.
Kabarnya, relawan projo yang diketuai Budi Arie sudah melapor ke Prabowo bahwa delkarasi bakal dihadiri Presiden Jokowi dan Gibran.
Lha pas acara, ternyata situasinya berubah. Gibran memang datang tapi cuma salam-salaman dengan para ketum koalisi Indonesia maju, lalu pergi gak balik-balik. Kayaknya mas Gibran pamit ke kamar kecil lalu kabur pulang.
Jokowi juga sempat membuka Rakernas. Ia bilang, jangan tekan-tekan saya untuk menentukan pilihan, yang dipilih tidak ada di sini, lalu pukul gong, eh jokowi kabur juga.
Melihat situasi ini, banyak hadirin yang kemudian ikutan meninggalkan lokasi, bahkan kabarnya sampai dipanggil-panggil sama mc.
Biar gak malu,  Budi Arie kemudian mengajak relawan yang tersisa disusul beberapa ketum partai ke kediaman Prabowo di Kertanegara. Di sana mereka melakukan deklarasi sendiri, sepi bahkan tergambar jelas wajah murung  dari beberapa ketum partai.
Acara deklarasi yang awalnya heboh berubah menjadi sepi.
Kalau memang cerita ini benar, saya mulai mengerti mengapa para ketua partai yang tergabung dalam KIM terlihat murung dan tidak bersemangat.
Tapi yang jelas, Jokowi bukanlah politisi kaleng-kaleng yang mudah dipermainkan. Diam-diam Jokowi juga punya strategi dibalik sikap pembiarannya terhadap relawan yang mendukung Prabowo. Bagi Jokowi, ketika banyak organ relawan yang mendekat ke Prabowo, justru Prabowolah yang masuk ke dalam jebakannya.
Jokowi mau agar barisan pendukung maupun orang dalam tim pemenangan Prabowo diisi oleh orang-orang nasionalis, bukan radikal agamais seperti sebelumnya. Dengan demikian, situasi pemilu 2024 tidak sepanas yang terjadi pada pemilu sebelumnya. Jokowi ingin menjaga suasana politik yang damai, di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Jangan sampai politik menjadi chaos dan dimanfaatkan asing untuk menghancurkan Persatuan bangsa.
Jadi sampai di sini jelas ya, Prabowo ingin memanfaatkan relawan untuk kekuasaan, sementara Jokowi memakai relawan untuk menjaga persatuan.