Dari awal kasus ini memang penuh rekayasa kebohongan. Ada usaha senyap untuk menutupi kebenaran yang sesungguhnya. Benar bahwa membongkar kasus di level bintang memang sangat sulit. Itulah yang terjadi mengapa kasus ini sampai berlarut-larut. Kewenangan Sambo sangatlah besar bahkan olah TKP saja dibawah komandonya. Tak hanya itu, barang bukti penting dalam kasus ini juga sengaja dihilangkan, skenario pembunuhan yang tersebar juga bukan cerita yang sebenarnya.
Pakar Psikolog Forensik, Reza Indragiri  menyebut fenomena ini sebagai code of silence atau kode senyap atau kode diam. Menurut dia, kode diam adalah kebiasaan menyimpang yang cenderung dilakukan oleh sesama anggota polisi untuk menutup-nutupi suatu kesalahan yang dilakukan. Reza juga mengatakan jika hal seperti ini bahkan sudah menjadi fenomena di institusi kepolisian. Mungkin itulah mengapa ada pepatah yang berkembang di masyarakat bahwa kalau kehilangan ayam sebaiknya jangan lapor polisi karena nanti Anda akan kehilangan sapi.
Kode senyap ini juga tidak hanya terjadi di level pusat. Di daerah bukan cerita baru lagi kita mendengar keluhan susahnya membongkar kasus yang melibatkan oknum polisi. Kalau bukan dipersulit maka kasus itu akan hilang begitu saja seiring berjalannya waktu.
Beruntung masyarakat masih punya harapan meski ancaman ketidakpercayaan sudah terpampang di depan mata. Harapan itu ditaruhkan ke Kapolri, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo. Pak Sigit tak sendiri ia didukung penuh oleh Presiden Jokowi yang dari awal menginginkan kasus ini dibuka sejujur-jujurnya.
Dukungan presiden sangat penting apalagi Kapolri memahami tantangan kode senyap ini. Pak Sigit sadar bahwa merombak budaya adalah melawan teman dan rekannya sendiri. Bahkan mungkin melawan dirinya sendiri dalam arti ia harus melawan dilema antara membela teman atau kebenaran.
Namun Pak Sigit rupanya telah punya keputusan tegas. Ia lebih memilih berdamai dengan kebenaran dari pada membela teman  yang salah. Ia layak diapresiasi atas keberaniannya mencari kebenaran atas kasus ini. Mulai dari bentuk tim khusus yang dipimpin Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, menonaktifkan dan resmi mencopot Irjen Sambo, mencopot 25 polisi yang diduga terlibat hingga membubarkan Satgassus Polri yang sebelumnya dipimpin Irjen Ferdy Sambo.
Karena ketegasan ini, satu per satu fakta yang sebenarnya mulai terungkap. Bharada E juga sudah mulai merasa bebas untuk menceritakan kebenaran dan Ferdy Sambo melalu pengacaranya sudah meminta maaf kepada masyarakat. Sambo bahkan siap mempertanggungjawabkan tindakannya di pengadilan.
Kode senyap dalam ruang gelap itu pun mulai disinari matahari pagi yang membuka lembaran baru kiprah kepolisian Indonesia. Semoga sinar itu mampu menembusi Lembaga polisi sampai di level bawah. Bravo Polri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H