Mohon tunggu...
Mohammad Irvan Fauzi
Mohammad Irvan Fauzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Renewable Energy Enthusiast

Clean Energy for Our Future!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Komponen Utama pada PLTS

9 September 2021   16:00 Diperbarui: 9 September 2021   15:59 2433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah sistem memerlukan banyak komponen-komponen yang mendukung agar dapat bekerja dengan baik. 

Begitu pula dengan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang membutuhkan komponen-komponen pendukung agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Satu kesatuan dari berbagai komponen tersebut akan menghasilkan energi listrik yang dapat digunakan oleh untuk memenuhi kebutuhan.

PLTS memiliki berbagai komponen yaitu panel surya dan Balance of System (BOS) yang terdiri dari Inverter PV, Mounting System, Enclosure Box dan perangkat tambahan seperti Charge controller dan Battery Energy Storage System (BESS) (Gumintanng et al., 2020).

Panel Surya

Umumnya terdapat tiga jenis panel surya yang digunakan sebagai PLTS yaitu polycrystalline Silicon, monocrystalline silicon, dan thin film.

Panel surya dengan jenis monocrystalline merupakan solar panel yang memiliki kemurnian silicon yang paling besar. Hal ini dapat dilihat dari warnanya yang hitam pekat dan biasanya ditandai dengan tepi sel suryanya yang cenderung membulat. 

Sedangkan untuk jenis polycrystalline biasanya ditandai dengan warna biru dan sel suryanya yang berbentuk kotak. 

Panel surya dengan jenis ini memiliki kemurnian dibawah jenis polycrystalline. Selain itu terdapat panel surya jenis thin film yang dapat terbentuk dari berbagai unsur seperti silicon, cadmium atau tembaga. Panel surya jenis ini biasanya ditandai dengan bentuknya yang tipis sesuai namanya dan strukturnya yang fleksibel (Lane, 2021).

Kelebihan dari jenis monocrystalline adalah memiliki efisiensi yang paling besar diantara yang lain yaitu sekitar 17-21%. Hal ini dikarenakan kemurnian dari bahan penyusunnya, sehingga dapat menghasilkan energi yang lebih besar. 

Tetapi, kekurangan dari jenis ini adalah harganya yang relatif mahal karena kemurnian dan kerumitan proses pembuatan jenis ini. Sedangkan untuk jenis polycrystalline, kelebihannya adalah harganya yang cukup murah jika dibandingkan dengan monocrystalline. 

Tetapi trade-off nya adalah efisiensi yang dihasilkan tidak sebesar monocrystalline yaitu sekitar 15-17%. Selain itu, untuk jenis thin film memiliki kelebihan yaitu sangat mudah diaplikasikan di mana pun karena fleksibilitas dari struktus panel suryanya. Selain itu juga harganya yang relatif paling murah diantara jenis yang lain. Akan tetapi, efisiensi dari thin film ini juga paling rendah diantara jenis lain yaitu sekitar 10-13% (Gumintanng et al., 2020; Lane, 2021)

Indonesia sendiri memiliki berbagai perusahaan manufaktur panel surya dengan kualitas yang baik. Panel surya dengan jenis monocrystalline di Indonesia seperti milik PT Sky Energy Indonesia bervariasi dari kapasitas 65 – 330 Wp dengan efisiensi modulnya 14-17%. Selain itu juga terdapat milik PT. Wedosolar Indonesia dengan kapasitas 270 – 350 Wp dengan efisiensi modul 14,6 – 19,24%. Sedangkan untuk jenis polycrystalline, milik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun