Mohon tunggu...
Irfan Abu Musa
Irfan Abu Musa Mohon Tunggu... Guru - Ayah seorang anak adopsi dan pengasuh rumah tahfidz

Agen pulsa dahulu, pernah jadi jurnalis, sekarang jadi agen perubahan mengasuh rumah tahfidz. Menyukai internet marketing, copy writing, dan kopi hitam.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puncak Kemenangan Jonru

3 Februari 2015   08:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 1623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kritik-kritik Jonru di lini masa dinding Facebook-nya yang disukai 400 ribuan orang, masih tetap pedas pada Jokowi. Dia juga masih meledek orang yang dulu memilih mantan Walikota Solo itu pada Pilpres lalu.

Jonru masih sengit ingin membuktikan bahwa Jokowi bukanlah seorang yang memiliki kekuatan politik. Jokowi dinilai Jonru seperti benalu. Yang tak berarti jika tak menempel pada kekuatan politik dominan seperti Megawati atau Prabowo.

Seiring popularitas namanya, Pria bernama lengkap Jon Riah Ukur Ginting itu mulai menuai untung dengan bersikap positif terhadap penistaan namanya.

Nama Jonru-menjonru yang sebelumnya dinistakan-diidentikkan dengan kata fitnah-memfitnah, justru malah menjadi jargon yang dia gunakan meraup untung dengan memproduksi kaos dan slogan “#menJONRU Lebih Baik daripada Mendiamkan Kemungkaran”. (slogan yang menurut saya sendiri aneh).

Jonru pun memanfaatkan popularitasnya dengan membuat toko online. Dia berjualan kaos, dan buku-buku yang dia cetak dan terbitkan sendiri.

Jonru pun mulai menepuk dada ingin dikenal sebagai figur publik dengan lebih banyak menulis diary memoar kilas balik mengenai sejarah pergulatannya di awal karier kepenulisannya.

Sayangnya, Jonru pun kini seperti menjelma menjadi syndrome. Dia menular cepat. Bahkan wilayah jurnalistik pun tersusupi gaya Jonru. Contoh mutakhir terjadi pada saat media ramai memberitakan kasus pelarangan jilbab pegawai BUMN.

Syndrome itu tidak hanya diidap media yang anti-Jokowi, bahkan media pendukung Jokowi pun kini perlahan terjerat Jonru Syndrome itu.

Dalam kasus pemilihan kapolri pun, media pendukung Jokowi, hampir terjerambab pada jurang dukungan membabi-buta dengan membikinkan editorial membenarkan semua tindakan Jokowi.

Jonrualist atau jurnalis bergaya jonru. Begitu menyebutnya. Itu jadi otokritik untuk saya sendiri dan semua rekan sejawat.

Tak usah risau. Biar saja Jonru jika dia merasa sudah menang. Biarkan dia melampiaskan sakit hatinya dulu. Di dunia politik Indonesia yang serba nisbi ini, mana tahu roda pun akan menggelinding lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun