Ratusan buku pengetahuan, memberiku gambaran yang samar tentang dunia
Namun, isak tangismu telah memperlihatkan secara terang, apa itu kehidupan kepadaku
Begitu magis, seperti kumpulan cemara yang menjulang di Arcapada
Begitu indah dan imajinatif, seperti perpustakaan megah di tangah kota
Macetnya jalanan Surabaya yang membosankan
Tiba-tiba pudar, melebur jadi satu dalam senyum getir yang kau paksakan
Kesedihan itu tidak bisa ditutupi
Ah…
Harus kusebut apa dirimu ini
Seorang plegmatis-melankolis sepertiku kah,
Atau nabi utusan Tuhan, yang ingin mengajarkan rahasia lewat tetesan airmata?
Kau katakan aku ini maniak politik, juga filsafat
Tapi tahukah
Machiavelli yang licin, atau bahkan Socrates si bijak pun, akan terlihat seperti anak TK yang ingin menjelaskan dunia
Jika dibandingkan dengan senyum dan tangismu yang mampu menjelaskan segalanya…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H