Tahun lalu, tepatnya pada 27 Januari 2022, saya menulis sebuah artikel berjudul "Pengangguran (Beken) Bernama Frank Lampard". Isi artikel itu tentang Lampard yang belum juga mendapat klub baru sejak dipecat oleh Chelsea pada 25 Januari 2021.
Lalu, pada 31 Januari 2022, empat hari setelah saya menulis artikel itu, Lampard ditunjuk menjadi manajer Everton, menggantikan Rafael Benitez.Â
Jadi, legenda Chelsea itu tak lagi mengganggur. Lampard berhasil membawa Everton tetap berada di Premier League, lepas dari zona degradasi.
Namun, tak sampai satu tahun, tepatnya 23 Januari 2023, Lampard dipecat. Lagi. Everton harus melepasnya, karena The Goodison Boys kini berada di zona degradasi, tepatnya di peringkat ke-19 klasemen sementara Premier League. Punya poin yang sama dengan Southampton yang berada di peringkat ke-20, yaitu 15 poin, hanya unggul selisih gol.
Para asisten Lampard, yaitu Joe Edwards, Paul Clement, Ashley Cole, dan Chris Jones, juga ikut pergi dari Everton. Hanya Alan Kelly, pelatih kiper, yang menetap.
Entahlah ada apa dengan Frank Lampard. Tiap tahun baru ia selalu bermasalah dengan sebuah klub. Dipecat pada Januari, mendapat kerja Januari juga, lalu kembali menganggur lagi-lagi pada Januari.
Rekor Lampard di Everton musim ini juga membuat para pembesar klub itu yakin untuk melepasnya. Dari 20 laga yang telah dimainkan, Everton hanya menang tiga kali, sisanya adalah enam kali seri dan 11 kali kalah.
Suporter sebenarnya banyak yang mendukung Lampard, mereka justru menyerang dewan direktur, termasuk pemiliknya Farhad Moshiri.Â
Moshiri hadir ketika Everton kalah 0-2 di kandang West Ham tersebut, laga pertama yang dihadirinya setelah 14 bulan tak nonton di stadion. Chairman Everton yang banyak mendapat kritik, Bill Kenwright, juga hadir di Stadion London.
Konyolnya, ketika Everton kalah 1-2 dari Southampton, di kandang sendiri, Goodison Park, pada 14 Januari lalu, tak satu pun pembesar Everton yang hadir. Menurut BBC, mereka beralasan "ada ancaman nyata yang mengancam keselamatan mereka".Â