Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Daging Tiruan, Lebih Sehat Ketimbang yang Asli?

25 Agustus 2022   13:55 Diperbarui: 11 Oktober 2022   18:36 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin sudah ada yang pernah mencoba daging alternatif, atau dalam hal ini disebut juga sebagai daging tiruan atau fake meat. Bisa jadi rasanya memang enak, tapi mestinya tidak seperti rasa daging sesungguhnya. Butuh banyak penambah rasa agar daging yang berasal dari protein yang diekstrak dari tumbuhan itu bisa mirip daging asli.

Ada klaim bahwa daging tiruan lebih bagus untuk kesehatan tubuh, dan juga ramah lingkungan. Mungkin klaim yang kedua, ramah lingkungan, memang bisa. Namun, bagaimana dengan klaim pertama, bahwa daging tiruan lebih sehat?

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan daging alternatif atau daging tiruan? Yah, sesuai dengan namanya, daging itu bukan daging asli.

Daging tiruan terbagi dalam dua kategori: Dibuat dari protein yang berasal dari tanaman (plant-based) dan protein yang berasal dari sel atau kultur jaringan (cell-based).

Plant-based burger dan sosis, seperti yang dijual di supermarket, dibuat dari hasil ekstrak protein tanaman, kadang dari kacang polong, kedelai, gandum, dan jamur.

Akan tetapi, butuh sederet zat tambahan agar produk daging palsu itu punya penampilan dan rasanya seperti daging asli. Misalnya, minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang disuling secara kimia ditambahkan ke daging palsu untuk meniru kelembutan dan juicy-nya daging asli.

Lalu, zat pewarna, seperti ekstrak bit merah, ditambahkan agar daging palsu memiliki perubahan warna yang terjadi ketika dimasak. Kemudian, leghemoglobin dari kedelai, sebuah protein berwarna merah dan diproduksi melalui rekayasa genetik ragi, ditambahkan agar daging burger bisa tampak "berdarah" ketika disantap.

Jenis daging buatan kedua adalah cell-based atau kultur jaringan daging. Sel hewan ditumbuhkan di laboratorium kultur jaringan agar bisa menjadi seiris daging. Konsep ini agaknya masih sulit untuk dilakukan, namun menurut artikel di ZME Science, di Australia sudah ada dua produsen pembuat daging tiruan dari kultur jaringan daging itu.

Daging alternatif dibuat dari tanaman dan berbagai zat tambahan lain. (Sumber: ABC13 Online)
Daging alternatif dibuat dari tanaman dan berbagai zat tambahan lain. (Sumber: ABC13 Online)

Lalu, apakah daging tiruan ini lebih sehat ketimbang daging asli? Belum tentu.

Daging tiruan memang memiliki lebih sedikit kalori dan lemak jenuh, lebih banyak mengandung karbohidrat dan serat dibanding daging biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun