Saat paling mengesankan adalah ketika Ten Hag membawa Ajax hingga semifinal Liga Champion 2018-19. Ajax tampil di semifinal ajang antarklub level tertinggi di Eropa itu untuk pertama kalinya sejak 1997.
Pada Liga Champion musim itu, Ajax menyingkirkan Real Madrid di babak 16 Besar dan Juventus di perempat final. Sayangnya, Ajax kalah dari Tottenham Hotspur di semifinal, sehingga gagal melaju ke final.
Sebagai pemain, Ten Hag berposisi sebagai bek tengah. Karier profesionalnya dimulai pada 1989 bersama Twente dan berakhir pada 2002, juga bersama Twente.
Klub-klub yang pernah menjadi tempatnya bermain adalah De Graafschap, RKC Waalwijk, dan Utrecht.
Itu sekilas karier Ten Hag. Sekarang, kita kulik karakternya.
Menurut The Guardian, Erik ten Hag punya reputasi sebagai seorang control freak sejati. Misalnya, sebelum setiap laga, ia akan menganalisis tim lawan dari setiap sisi, dari ujung kepala hingga ujung kaki, meski tim lawan itu sudah pernah ditemuinya musim itu.
Lalu, ia akan mengirim para pemainnya video yang berisi analisis tim lawan, lengkap dengan berbagai petunjuk untuk menghadapi mereka.
Ten Hag selalu berkomunikasi dengan para pemainnya. Kapan saja. Bahkan, ia juga memberi saran koran mana yang seharusnya dibaca para pemainnya atau kapan mereka sebaiknya mulai tidur pada malam hari.
Ten Hag memiliki aturan yang ketat. Ketika ia mulai melatih tim junior pada awal kariernya sebagai pelatih, yang pertama dilakukan adalah mengurangi hari liburan. Siapa saja yang telat datang ke tempat latihan gara-gara berlibur siap-siap untuk menghadapi masalah.
Meski punya aturan yang ketat dan seorang control freak, Ten Hag sangat dekat dengan pemain. Ia bisa menaklukkan pemain-pemain yang masuk kategori sulit, seperti Hakim Ziyech yang kini main di Chelsea. Saluran komunikasi selalu terbuka, bahkan ketika para pemainnya sudah berada di klub lain.
Untuk menaklukkan pemain yang berkarakter sulit, biasanya Ten Hag akan mempelajari kultur si pemain, mendalaminya. Ten Hag juga tak keberatan untuk selalu mengirim pesan-pesan yang menaikkan semangat, meski sudah tak lagi berada di klub yang sama.