Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Paket, Bu Dian!"

16 Juni 2022   18:00 Diperbarui: 16 Juni 2022   18:05 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi malam hari. (Sumber: cocoparisienne/Pixabay)

Untuk ketiga kalinya, saya memandang ke pagar rumah, yang bisa terlihat langsung dari ruang keluarga merangkap ruang makan. Soalnya, saya mendengar panggilan yang khas didengar dalam dua tahun terakhir: "Paket, Bu Dian!"

Setiap kali mendengar kalimat itu, siapa pun yang saat itu ada di rumah akan berlari keluar dan menerima paket dari pak kurir. Kalimat itu sangat khas, karena hanya satu kurir yang selalu memanggil nama pemilik paket ketika mengantar, dari sekian banyak kurir yang biasa mengantar paket. Jadi, bisa saja paket itu ditujukan untuk adik-adik saya dan nama akan menjadi Bu X dan Pak Y.

Bagaimana dengan kurir yang lain? Mereka hanya berteriak "Paket!" atau cukup mengetuk-ngetuk pintu pagar.

Setelah kesekian kalinya memandang ke arah pagar dan tetap saja tidak ada kurir yang tampak di sana, meski berulang kali kalimat itu terdengar, akhirnya adik laki-laki saya bertanya: "Ada apa sih mbak, bolak-balik lihat ke pagar?"

Saya bilang ke adik saya bahwa saya medengar kata-kata "Paket, Bu Dian!". Berulang kali. Dan, baru saat itu saya sadar bahwa hanya saya yang mendengar kalimat itu. Adik-adik saya tidak ada yang mendengarnya.

Lalu, ketika saya sekali lagi menengok ke arah pagar, adik saya langsung menutup tirai ruang makan. Ditunggu sekitar 10 menit, suara panggilan khas kiriman paket itu lantas berhenti.

Lalu, mengapa kami semua merasa tidak nyaman dengan kedatangan kurir itu? Karena, saya mendengar panggilan-panggilan itu pada lebih dari tengah malam. Mestinya ekspedisi sudah tak lagi mengantar barang pada pukul 12 malam, bukan begitu?

Andai didengar pada siang hari, saya sudah akan berlari untuk menerima paket. Saya senang menerima paket yang berisi barang yang saya beli secara daring. Tapi, karena saat itu sudah lebih dari tengah malam, saya tidak mau repot-repot keluar rumah untuk menerima paket. Kurirnya tidak tampak! Rupanya ada makhluk jejadian yang menirukan suara pak kurir dan sangat mirip. Bravo!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun