Eh, ternyata saya dapat panggilan untuk tes tertulis. Ketika itu, BOLA belum melakukan tes karyawan baru secara mandiri. Masih bersatu dengan Kompas.
Ya sudah, saya pun dengan sungguh-sungguh mengikuti tes tertulis. Tahu nggak seperti apa pertanyaannya? Isinya tentang olahraga semua. Hahahaha...saya tahunya hanya sepak bola. Tabloid BOLA yang saya baca dengan serius hanya bagian sepak bola, cabang lainnya dibaca kalau sempat.
Saya pasrah. Yakin sekali kalau saya tidak akan bisa melanjutkan proses penerimaan karyawan baru di BOLA.
Tapi, suatu hari, saya menerima telepon bahwa saya dipanggil untuk wawancara di HRD Kompas. Saya senang sekali. Saya berusaha untuk meyakinkan mas pewawancara, bahwa pendidikan saya akan tetap cocok dengan Tabloid BOLA.
Beberapa hari kemudian, saya dipanggil lagi. Wah, ternyata saya bisa lolos untuk wawancara langsung di kantor BOLA. Okay!
Ketika itu, saya diwawancara oleh Pak Sumohadi Marsis, ada Bang Ian Situmorang juga. Pak Sumo adalah pendiri BOLA dan ketika itu menjabat sebagai pemimpin redaksi, sementara Bang Ian adalah redaktur pelaksana. Semoga saya tidak salah ingat. Pak Sumo sekarang sudah almarhum.
Pak Sumo waktu itu mengatakan bahwa jawaban yang saya berikan ketika tes tertulis aneh-aneh banget. Saya hanya bisa diam. Deg-degan minta ampun.
Lha tapi ternyata, justru yang aneh-aneh itu yang diterima oleh BOLA. Pola itu terus berlaku hingga generasi terakhir karyawan yang diterima oleh BOLA.
Kami-kami yang diterima oleh BOLA ini pasti sedikit kenthir, meski tampak luar kadang tenang banget. Namun, masing-masing dari kami pasti punya kegilaan tersendiri.
Sebab, kalau tidak gila, bekerja di BOLA tidak akan bisa dilakukan. Sudah banyak karyawan yang putus di tengah jalan. Salah satu dari mereka ditanya kenapa kok memilih untuk berhenti. Dia menjawab BOLA itu lebih mudah dibaca, tapi membuatnya sulit sekali.
Yah begitulah. Pertama kali saya masuk ke kantor Tabloid BOLA sebagai karyawan trainee adalah pada 15 Juli 1995. Selama satu tahun, saya menerima semua pelajaran yang diberikan. Diminta untuk meliput semua cabang olahraga, sebagai modal.