Beberapa hari yang lalu, seorang teman mengirim sebuah edisi masa lalu Tabloid BOLA, tepatnya edisi nomor 2, yang terbit pada 9 Maret 1984. Tentu saja, tabloid itu tidak lagi dalam bentuk cetak, melainkan dalam bentuk portable document format alias pdf.
Headline menceritakan tentang Pelti, atau Persatuan Lawn Tenis Indonesia. Saya tidak terlalu konsentrasi membacanya, karena ukuran huruf yang sangat kecil, meski ketika halamannya sudah diperbesar. Perhatian saya tertuju pada halaman 11. Di sana, ada artikel tentang Manchester United pada 1984, yang kabarnya akan dijual. Meski ukuran hurufnya kecil, saya berusaha untuk membacanya.
Pada 1984, saya masih duduk di kelas 2 SMP. Ketika itu saya bersekolah di SMPN 1, Jayapura. Saya memang sudah “melek” sepak bola sejak SD, namun bukan berarti saya lantas membaca tentang sepak bola pada masa itu, meski kami berlangganan Tabloid BOLA pada masa itu.
Pada saat itu, perhatian saya lebih ke olahraga lokal. Bukan apa-apa, karena saya lebih mengerti. Olahraga internasional saya baca juga, namun hanya sekilas. Tulisan tentang di balik sepak bola? Tak terlalu menarik. Apalagi soal saham-saham. Manalah saya mengerti soal itu. Saya lebih tertarik untuk nonton sepak bola, tidak perlu mengerti soal kisah-kisah di balik layar.
Berlawanan dengan saat ini, terutama ketika saya mulai bekerja di tabloid tersebut. Saya menjadi lebih menyukai kisah di balik layar, ketimbang kisah di lapangan hijau.
Karena itu, ketika menemukan tulisan berjudul “Mengapa Manchester United Tidak Jadi Dijual”, saya menjadi sangat tertarik. Ternyata ada masanya juga di mana United menjadi salah satu klub yang akan dijual. Parahnya, pihak pembeli bukanlah orang Arab atau negara Timur Tengah lainnya, melainkan seorang pemilik klub Divisi 3, Oxford United.
Artikel tersebut ditulis oleh kolumnis Kadir Yusuf, yang menyadurnya dari majalah sepak bola keluaran Belanda, Voetbal International, edisi Februari 1984.
Pada musim 1983-84, Manchester United sudah hampir dua dekade tidak memperoleh gelar juara liga. Ketika itu United berada di Divisi 1, sebelum masa Premier League. Ketika itu, terakhir kali United menjadi juara Divisi 1 adalah pada musim 1966-67. Sir Matt Busby menjadi manajernya kala itu. Lalu, pada musim 1983-84, United dilatih oleh Ron Atkinson dan berada pada posisi ke-4 pada akhir musim.
Pada Februari 1984, beberapa bulan sebelum liga berakhir, muncul selentingan bahwa United akan dijual. Pembelinya adalah pemilik klub Oxford United, Robert Maxwell.