Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tak Perlu Panik Ketika Tetangga Terjangkit Covid-19

21 Juli 2021   19:28 Diperbarui: 21 Juli 2021   19:39 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari, berita soal mereka yang terinfeksi Covid 19 tak berhenti mengalir. Rasanya aman-aman saja, karena lokasi mereka yang jauh dari rumah. Namun, ketika yang terjangkit adalah tetangga sebelah rumah, sangat dekat, ada rasa khawatir yang muncul.

Saya mendapat berita kalau tetangga saya terkena virus berbentuk mahkota itu, tetangga di sebelah rumah, jadi dekat sekali. Khawatir? Tentu saja, tapi saya juga merasa kasihan. Sebab tidak hanya sang ayah yang terkena, namun ketiga anaknya juga tertular. Ketiga anaknya itu belum masuk kriteria usia yang bisa mendapat vaksinasi Covid 19. Sementara, sang ayah sudah mendapat vaksin dosis pertama.

Kini saatnya memakai dengan sungguh-sungguh salah satu norma dalam protokol kesehatan, yaitu physical distancing, bukan social distancing, seperti yang biasa disebut. Sebab, pada saat seperti ini, hanya fisik yang harus berjauhan, namun tidak secara sosial.

Justru secara sosial harus semakin dekat, meski dilakukan dengan fisik yang berjauhan.

Mungkin akan lebih aman jika yang terinfeksi dirawat di rumah sakit. Sehingga, jarak fisik benar-benar jauh. Beda halnya dengan kalau si tetangga masuk kategori isolasi mandiri.

Kebetulan, tetangga kami tidak mengalami gejala yang berat, sehingga sang bapak dan ketiga anaknya melakukan isoman di rumahnya.

Panik tidak diperlukan di sini. Panik hanya menimbulkan kecemasan yang berlebih dan itu bisa membuat tubuh melemah, sehingga rentan terhadap penyakit. Karena itu, berpikir positif harus dikedepankan.

Pastikan bahwa kita tidak pernah bertemu dengan si tetangga sebelum ia terkena Covid 19. Kalau pun sempat bertemu, maka ingat-ingatlah kapan terakhir kali pertemuan itu terjadi. Kalau sudah lebih dari 2 pekan, mungkin kita aman.

Namun, beda halnya jika pertemuan terjadi dalam 2-3 hari terakhir. Maka, datanglah ke rumah sakit atau puskesmas, periksakan diri, pastikan tidak ada Covid 19 yang bermukim di dalam badan.

Jika harus membantu, misalnya untuk mengantarkan makanan dan yang lainnya, maka pastikan kita tidak bertemu langsung dengan siapa pun penghuni rumah. Letakkan saja barang yang diantar di halaman rumah mereka dan beri tahu mereka lewat pesan teks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun