Saya punya teman, seorang fotografer senior. Menurutnya ada dua hal yang sama sekali tidak ada gunanya di dunia ini, yaitu cabai dan nyamuk.Â
Well, saya tidak setuju dengan pernyataannya soal cabai. Teman saya itu memiliki masalah dengan perut jika menyantap cabai mentah-mentah atau juga sambal.Â
Padahal, cabai punya kandungan vitamin C yang lumayan tinggi. Selain itu, cabai adalah bahan utama pembuat sambal. Siapa yang tidak suka sambal? Sangat lezat! Cocok sebagai pendamping ketika kita sedang makan. Saya sangat menyukai sambal.
Lain halnya dengan nyamuk. Saya lumayan setuju dengan pernyataan teman saya itu, meski sebenarnya nyamuk juga punya andil di rantai makanan.
Akan tetapi, ada beberapa spesies nyamuk  yang menjadi inang untuk parasit pembawa penyakit, misalnya demam berdarah dan malaria.Â
Kadang kita tidak tahu pasti apakah nyamuk yang beredar di sekitar kita bukan nyamuk pembawa parasit. Rasanya tidak mungkin kita mengejar-ngejar nyamuk untuk meneliti "darahnya", hanya untuk tahu apakah ia adalah inang penyakit.
Jadi, untuk amannya, nyamuk memang harus dibasmi.Â
Saya sudah mencoba segala jenis piranti untuk mengusir nyamuk. Yang paling umum adalah obat nyamuk cair, yang disemprotkan ke penjuru rumah.Â
Dulu, produsen obat anti nyamuk jenis itu membuatnya dengan cairan berbahan dasar minyak tanah. Ampuh memang, tapi tidak bagus untuk pernapasan dan juga untuk kulit manusia.
Sekarang, obat nyamuk cair itu dibuat dengan bahan dasar air, dicampur dengan segala jenis wewangian bunga atau pohon atau yang lainnya. Pokoknya, baunya tidak hanya satu jenis. Masih tetap ampuh, tapi tetap saja tidak bagus juga untuk pernapasan. Itu menurut saya.