[caption id="" align="alignleft" width="263" caption="Gedung Graha Pena, Makassar (skyscrapercity)"][/caption]
Beberapa hari terakhir, saya melakukan aktivitas di Gedung Graha Pena. Sebuah gedung yang diklaim tertinggi di Makassar, bahkan konon tertinggi di luar Pulau Jawa. Karena suatu keperluan (tidak jauh-jauh dari ternak) dengan sebuah NGO Internasional yang banyak melakukan riset bidang pertanian di Indonesia.
Di gedung berlantai 19 plus antena televisi di puncaknya itu berkantor banyak sekali institusi. Mulai dari media cetak, televisi, perusahaan telekomunikasi, lembaga kursus, NGO, dan perusahaan-perusahaan swasta yang lain. Jadi bisa dibayangkan bagaimana banyaknya karyawan yang setiap hari beraktivitas di sana.
Entah kebetulan, selama saya ada di sana sedang ada pra kegiatan (mungkin latihan) pemilihan Puteri Indonesia 2010 tingkat provinsi. Lumayan bisa cuci mata, lihat gadis-gadis anggun dari seantero Sulawesi Selatan, Ehem.... Tapi bukan itu yang saya mau bagi, ada hal yang lebih menarik (setidaknya menurut saya).
Karena kantor yang saya tuju itu di lantai 8, maka otomatis untuk mencapainya harus lewat lift. Kondisi lift selalu disesaki oleh para karyawan yang hilir mudik naik turun lantai. Hingga pada hari kamis kemarin saya baru meninggalkan kantor ketika Adzan Magrib sudah dikumandangkan.
Selama turun dari lantai 8 ke lantai 1, tidak seperti biasanya saya hanya sendirian di lift. Yah, mungkin karyawan sudah pada balik duluan, karena rata-rata jam kerja memang hanya sampai pukul 5 sore.
Di saat sendiri itulah saya jadi bebas melihat sekeliling ruang lift. Hingga kemudian saya menundukkan kepala ke lantai yang dilapisi karpet berwarna biru tua. Pada karpet terdapat tulisan mencolok berwarna putih “KAMIS” yang semuanya menggunakan huruf kapital. Wah, hari ini.
Namun saya tidak langsung berkesimpulan bahwa itu penanda hari. Karena selain baru perama kali melihat, saya juga kurang yakin kalau karpetnya harus diganti setiap hari. Setahu saya, di hotel saja karpetnya biasa dipakai beberapa lama, cukup dibersihkan dengan vacum cleaner saja.
Keesokan harinya, saya penasaran untuk membuktikan. Namun sial, lift lagi-lagi sesak sehingga pandangan tertumbuk di kaki para karyawan. Untuk itu, saya kembali memilih pulang telat dengan harapan lift-nya kosong. Yah, pada saat pulang akhirnya rasa penasaran saya terjawab. Tulisan di karpet itu telah berganti menjadi “JUMAT”.
[caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Karpet di lift, tanpa perlu lagi bertanya ini hari apa???"]
Saya lalu berpikir, sebegitu sibuknyakah para karyawan yang berkantor di sini sehingga pengelola gedung merasa perlu mengingatkan nama hari? Namun untungnya ini masih nama hari, sehingga cukup menyediakan tujuh karpet yang bisa digunakan secara bergantian dengan rotasi tiap minggu.
Bagaimana jika di masa depan, dimana kehidupan makin kompetitif yang membuat tingkat kesibukan makin tinggi. Maka para karyawan, tidak lagi sekedar diingatkan nama hari tapi juga kalender (tanggal, bulan dan tahun). Jadinya pengelola gedung harus menyiapkan 366 karpet, yang hanya sekali pakai...
Salam
IRSYAM SYAM*
*Jarang-jarang naik di gedung tinggi, jadi heran...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H