Mohon tunggu...
Irsyam Syam
Irsyam Syam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Aktivis FPI (Front Peternak Indonesia)... Peternakan Syariah, Adakah???... @IrsyamSyam... http://kandang-kata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Bakso Mas “Daeng”, Khas Makassar

30 November 2010   05:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:10 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignleft" width="347" caption="ilustrasi/kfk.kompas.com"][/caption] Orang Bugis dan Makassar pada umumnya risih jika dipanggil "Mas" atau "Mbak". Kenapa? Karena di Sulawesi Selatan, panggilan itu sangat identik dengan penjual Bakso dan Jamu. Tapi belakangan, hampir semua penjual jajanan atau kaki lima dipanggil Mas. Bahkan saya pernah mendengar di sebuah Warung Coto ada pengunjung memanggil pelayan "Mas, paruh dagingnya dua". Lho, Bukannya penjual Coto itu asli Makassar? Orang Jawa tentu tidak usah berkecil hati jika di Sulawesi Selatan panggilan Mas/Mbak diidentikkan dengan pedagang kaki lima. Malah seharusnya berbangga diri, khususnya soal kuliner. Karena di Makassar, makanan enak itu disebut "Kanre Jawa" (Makanan Jawa). Salah satu makanan yang diyakini dibawa oleh Orang Jawa yang sangat diminati adalah Bakso. Maka beredarlah warung-warung bakso dengan nama-nama Daerah Jawa. "Bakso Solo", "Bakso Surakarta", "Bakso Djogdja" ... atau nama pemiliknya "Bakso Mas Endut", "Bakso Mas Karyo" etc. Walaupun secara etimologi, bakso itu berasal dari Cina.

..........................................

Seminggu yang lalu, beberapa orang kawan lama sedang berkumpul di salah satu rumah di kawasan kompleks BTP Makassar. Yah, boleh dibilang ini reuni kecil-kecilan. Sore hari, suhu sangat dingin. Maklum habis hujan deras. Untuk menghangatkan badan, butuh makan hangat. Saya menawarkan makan di kedai bakso yang sejak lama sudah berlangganan. Tapi karena kendaraan waktu itu tidak muat, maka niat makan bakso terpaksa diurungkan. Pucuk dicinta ulangpun tiba, ada penjual bakso gerobak yang lewat. Langsung saja, distop dan digiring parkir di pelataran. "Mas, mie bakso, sembilan porsi", sesuai list kawan yang hadir. Mas penjual bakso lalu mulai memformulasi bakso sesuai jumlah pesanan. Sangat cekatan, sekilas tak ada yang mencurigakan. Setelah siap lalu disajikanlah bakso itu di pelataran rumah tempat kami berkumpul. Mulailah kami menikmati baksonya. Melihat si Mas berdiri bebas di gerobaknya menunggu kami selesai makan. Seorang kawan lalu memanggilnya untuk bergabung. "Mas, asli mana?", tanya kawan saya. "Asli xxx". Menyebut sebuah kabupaten di Bagian Selatan Sulsel, dengan suara yang agak pelan. "Haaaa...!!!". Kawan saya terlihat kaget seolah tidak percaya, kawan yang lain ada yang keselek. Setelah diam beberapa saat, "Oh, kalau begitu, saya dari tadi salah manggil Mas, seharusnya Daeng". "hahahahahaha...". Kami semua lalu ikut tertawa. Sehabis makan, dan setelah penjul baksonya pergi. Niat awal reuni untuk mengenang peristiwa menarik di masa lalu akhirnya menyimpang. Kami malah asyik membicarakan bakso yang habis kami lahap tadi karena kedinginan. Ternyata baksonya hasil racikan Mas "Daeng". Jadilah kami menyebutnya bakso Mas "Daeng". Ketika pengalaman ini saya ceritakan kepada teman yang lain, ternyata mereka juga pernah mengalaminya.

..........................................

Kebanyakan bakso Mas "Daeng" ini memilih menjajakan baksonya menggunakan gerobak. Door to door, dari kompleks ke kompleks. Tetapi ada juga yang sudah punya stand semi permanen. Tidak ada identitas spesifik, sehingga sangat sulit membedakan antara bakso asli Jawa dan bakso buatan Mas "Daeng". Satu-satunya cara adalah dengan mengajaknya berbicara. Orang Jawa jelas Medog, orang Makassar, yah tahu sendirilah... Soal rasa? ini relatif, setiap lidah punya cita rasa sendiri. Jadi teramat subjektif jika saya harus memberi assement di sini. "...Soal rasa lidah bisa beda", begitulah kata sebuah iklan. Silahkan coba dan bandingkan sendiri. Tentu sah-sah saja jika bakso sekarang menjadi lahan mencari nafkah dan jajanan sebagian orang Makassar. Lagian, bakso malah sudah masuk kurikulum pendidikan tinggi. hahaha... Jadi ingat waktu di kampus, ada praktek bikin bakso. Selamat Menikmati Bakso Mas "Daeng"

@Sidrap, 30/11/10

IRSYAM SYAM

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun