Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Puasa sebagai Restorasi Alami

10 Juni 2016   00:07 Diperbarui: 15 Juni 2016   06:29 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - kurma sebagai hidangan pembuka berbuka puasa. (Shutterstock)

Pernah dalam suatu tayangan TV Animal Planet, saya lihat pada musim kawin beberapa ekor singa jantan berkelahi untuk memperebutkan dominasinya atas suatu kelompok singa betina lain. Setelah pergumulan yang cukup seru, salah satu singa jantan yang terluka cukup parah mundur dan pergi menyendiri ke suatu tempat yang terlindung. Sampai di sana, singa yang terluka di bagian paha depannya dan punggungnya itu kemudian berbaring dan berusaha membersihkan bagian yang luka itu dengan air ludahnya.

Cukup lama setelah singa itu terbaring dan tertidur, beberapa kali gerombolan impala dan rusa lewat tidak jauh dari tempatnya. Saya pikir waktu itu, singa itu akan bangkit dan memburu makanan favoritnya. Ternyata tidak, singa itu hanya menoleh sekilas dan kemudian tidur kembali. Beberapa hari keadaan itu berulang, singa jantan yang luka tidak makan, sesekali dia hanya meninggalkan tempat itu untuk minum dari sumber air yang tidak jauh dari lokasinya. Dan, sang singa baru bangkit mengejar buruannya setelah lukanya mulai membaik.

Lalu, apa yang ingin saya gambarkan dengan ilustrasi cerita nyata di atas adalah, bahwa singa yang terluka, sakit untuk sementara tidak akan makan. Dengan kata lain, mereka berpuasa. Fenomena ini terjadi pada semua binatang, hewan liar di alam bebas. Tidak hanya itu, beberapa hewan lain tidak makan selama musim kawin waktu mengerami telurnya. Ikan salmon tidak makan atau berpuasa selama dalam perjalanan mengarungi lautan dan sungai ke tempat mereka melahirkan generasi salmon-salmon selanjutnya. Ulat akan berpuasa selama mengalami metamorfosis menjadi kupu-kupu. Binatang-binatang yang hidup di daerah kutub seperti beruang es, penguin berpuasa selama musim dingin. Dan, setelah menjalaninya, binatang kelihatan lebih sehat dan segar kembali.

Nah, mengapa seekor singa yang terluka atau sakit tidak akan makan, berpuasa, sementara di depannya ada setumpuk makanan yang bisa disantapnya atau banyak buruan yang mudah ditangkapnya? Yang jelas, binatang liar secara alami tahu bagaimana harus hidup, paham apa yang boleh, baik untuk dimakan, apa yang tidak, berapa harus makan dan kapan harus berhenti makan. Sangat kontras dengan kita sebagai manusia, makan apa saja, di mana saja, berapa saja, dan bahkan kapan dan bagaimana saja. Dan, kita baru menyadarinya setelah jatuh sakit.

Secara teoretis, keadaan berpuasa atau tanpa ada masukan kalori dari luar memberikan kesempatan tubuh lebih besar untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Energi yang digunakan untuk proses pencernaan dapat dialihkan dan diprioritaskan untuk proses penyembuhan dan pemulihan pada organ yang luka atau sakit. Puasa seperti memberikan kesempatan bagi tubuh untuk membebaskam diri dari semua tekanan elemen kehidupan, seperti tuntutan, tekanan kerja dan stres emosional. Puasa juga memberi peluang organ internal dan sistem pencernaan berhenti berkerja secara fisiologis.

Menurut penulis Joel Fuhrman dalam bukunya Fasting and Eating for Health, puasa memungkinkan tubuh mendapatkan lingkungan yang ideal untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Selama puasa tekanan darah akan turun, sampah-sampah sisa metabolisme berkurang, pembuluh darah menjadi elastis, lembut, dan melebar (dilatasi). Dalam waktu yang tidak lama jantung, otak, organ tubuh lain, dan otot akan menerima aliran darah, oksigen yang lebih banyak. Seluruh jaringan sistem tubuh akan melakukan purifikasi dan proses pemulihan, peremajaan karena puasa dapat berlangsung.

Detoksikasi secara fisiologis dalam keadaan normal juga berlangsung setiap saat dalam tubuh kita. Melalui usus besar, paru, kulit, ginjal, hati, limfe, toksin, sampah-sampah sisa pembakaran, dibuang oleh tubuh. Pada saat puasa proses ini dipacu lebih besar lagi karena lemak sebagai cadangan energi ketika masukan energi dari luar tidak ada mulai digunakan sebagai sumber kalori,

Pemecahan cadangan lemak ini menyebabkan bahan kimiawi, toksin yang selama ini disimpan di dalamnya akan dibuang oleh tubuh melalui beberapa organ di atas. Selain itu,  meningkatnya fungsi sistem imun, liver dan endokrin pada saat puasa akan lebih membantu tubuh untuk melakukan peremajaan sel, mengembalikan tubuh ke dalam keadaan seimbang, dan lebih sehat.

Jadi, di samping menunaikan perintah Allah dalam usaha menuju derajat "taqwa" sebagai tujuan utama berpuasa, puasa akan mengembalikan potensi fungsi alami tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri Dan melawan penyakit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun