Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mari Pahami Diabetes (1)

11 Agustus 2016   09:50 Diperbarui: 11 Agustus 2016   09:54 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Saya makan banyak sekali sebelumnya dokter, barangkali itu sebabnya gula darah saya tinggi", sanggah seorang pasien waktu saya beritahu bahwa gula darahnya tinggi dan dia menderita diabetes melitus.

Pasien, seorang laki-laki, usia 48 tahun, bekerja sebagai guru, datang konsultasi membawa hasil pemeriksaan darah  dari suatu lqboratorim terkenal di luar kota.

"Apa bapak ada puasa sebelum diambil darah?" ........... "Ya, dokter, paling tidak 8 jam sebelum darah saya diambil, saya puasa. Tetapi, itu dokter, sebelum puasa saya makan sekenyang-kenyangnya, dua piring nasi dan bermacam lauk saya habiskan, bahkan saya juga makan dan minum yang manis-manis. Takut kalau lemas selagi puasa" jawab pasien seperti ingin menegaskan bahwa gula darahnya yang tinggi itu disebabkan oleh makan berlebihan itu

Pasien lain, seorang Ibu rumah tangga, usia 48 tahun juga menyanggah ketika saya katakan bahwa dia sekarang menjadi penyandang diabetes mellitus. "Kok bisa dokter, saya tidak merasakan apa-apa sama sekali. Kalau menderita diabetes, cerita orang bauang air kecilnya banyak dan sering, makan juga banyak. Saya tidak begitu dokter. Memang malam saya agak sering ke belakang, tapi itu karena saya juga banyak minum", ungkapnya.

Tuan AS, laki-laki, 55 tahun, seorang petani juga menolak didiagnosis sebagai penderita diabetes melitus. "Saya jarang sekali minum gula dokter, kok bisa saya dikatakan menderita diabetes?"..: Istri saya yang setiap hari minum gula saja tidak apa-apa dokter",  sanggahnya

Lain lagi sanggahan  Ny B, seurang Ibu paruh baya dengan 3 anak, umur 55 tahun, "saya kalau luka tidak ada masalah dokter. Kaki saya beberapa hari yang lalu pernah ketusuk, dan luka, tetapi sekarang sudah sembuh dokter. Kata suami saya, kalau kita diabetes lukanya ngak sembuh-sembuh". Nampaknya bagi pasien ini dan suaminya seseorang dikatakan menderita diabetes melitus kalau luka, luka itu tidak akan sembuh,

Ny C, sebut saja demikian, seorang Ibu muda usia 35 tahun berbeda lagi reaksi penolakannya pada waktu saya beritahu dia menderita diabetes. "Saya kan masih muda dokter, dan ke dua orang tua saya, serta saudara saya tidak ada yang kena diabetes. Saya lihat teman-tekan saya satu kantor yang menderita diabetes kelihatannya sudah tua-tua dan orang tua atau saudaranya juga ada yang menderita diabetes, ungkap Ibu yang memang obes.

Nah, dari pengalaman saya praktek yang sudah cukup lama, pemahaman, pengertian pasien tentang diabetes melitus itu sangat bervariasi sekali. Seperti pasien-pasien di atas, ada yag beranggapan kalau makan banyak, gula darah kemudian tiinggi itu adalah normal, bukan diabetes. Tidak ada gejala, tidak minum gula, luka tidak ada masalah, masih muda, tidak ada faktor genetik, atau turunan sering dijadikan sebagai dasar untuk membenarkan atau menolak bahwa mereka menderita diabetes atau tidak. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun