Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Karena "Cinta" Suami, Pasien ini Membaik

2 Juni 2013   13:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:39 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1370155884934795941

[caption id="attachment_257530" align="aligncenter" width="360" caption="koleksi sendiri"][/caption] Ibu yang berusia sekitar 70  tahun ini dirawat sejak 10 hari lalu. Masuk rumah sakit karena tidak mau makan, panas, dan menurut suaminya yang mendampinginya, istrinya akhir-akhir ini kelihatan lemah, gelisah, seperti tidak sadar. "Beberapa hari sebelum masuk rumah sakit, biasanya kalau mau makan, minum atau buang air istri saya selalu memanggil saya, walau hanya dengan mengangkat tangannya - ternyata pasien ini memgalami aphasia, tidak bisa bicara akibat stroke-, dalam dua hari ini tidak bisa lagi dokter, cerita sang suami waktu pertama kali bertemu saya di ruang perawatan "Sudah lebih dari 6 tahun istri saya terbaring di rumah seperti ini  dokter. Waktu itu Ia mengalami lumpuh, tidak bisa bicara.  Tidak berapa lama setelah itu Ia agak membaik, tetapi kemudian mengalami serangan lagi, dan sampai sekarang seperti ini lah keadaannya. Jangankan duduk, miringpun sendiri tidak bisa", sambung sang suami, sambil matanya selalu menatap sang istri yang lemah terbaring di tempat tidurnya. "Enam tahun Ibuk terbaring di rumah, siapa yang merawatnya?" tanya saya, seolah-olah tidak percaya. "Saya sendiri dokter, kadang-kadang dibantu anak-anak" Waktu saya memeriksa pasien, walau sangat kurus, saya lihat pasien ini sangat terawat dengan baik. Pasien kelihatan bersih, tidak ada bau tidak enak sama sekali,  tidak seperti  yang sering ditemukan pada punggung pasien stroke yang terbaring lama, luka dekubitus juga tidak saya lihat sama sekali. Dalam hati saya bergumam, luar biasanya bapak ini, pasti bapak ini benar-benar mencurahkan waktu dan hidupnya untuk sang istri. Kontras dengan kebanyakan  pasien lain yang hanya dalam waktu 2-4 minnggu terbaring di tempat tidurnya, maka luka di punggung mereka sudah mulai merebak. "Apa betul bapak sendiri yang  merawat Ibuk, apa ada perawat yang datang ke rumah?" "Tidak dokter, saya tidak mungkin bisa membayarnya, kalau tiap hari, dan saya merasa, lebih baik saya sendiri yang melakukannya, kapan lagi saya diberi kesempatan untuk melayaninya" "Jadi, apa yang bapak lakukan, sehingga Ibu yang terbaring lama ini masih bisa seperti ini?" Setiap hari saya mandikan, saya dudukan,  miringkan, punggungya saya taburi bedak, dan 2-3 kali dalam seminggu, waktu pagi hari saya bawa ke luar dokter. Hmmm, pantaslah kalau begitu, komentar saya dalam hati, "Bapak luar biasa, tidak banyak orang yang dapat melakukannya seperti itu sekarang,  pasti bapak sangat mencintai istri bapak?" Mendengar saya bicara seperti itu, spontan Ia menjawab, "ya lah dok. Kalau tidak, tidak mungkin saya melakukan semua itu.  Dan, kalau masih bisa diobati, saya minta obat yang terbaik untuk istri saya, biarlah mahal dokter. Walaupun Istri saya seperti itu, hanya terbaring di tempat tidur, saya tidak keberatan mengurusnya". Lalu, sebenarnya hati saya berkata, melihat kondisi pasien begitu, hanya diam terbaring, semua kebutuhannya dilayani, kalau Allah menghendaki lain, apa itu  tidak lebih baik untuknya?..... Tetapi.  sebagai dokter  saya tidak boleh berpikir begitu, saya harus tetap berupaya maksimal memberikan yang terbaik untuknya, apalagi suami pasien ini saya lihat sangat berharap atas kesembuhan istrinya, paling tidak kembali seperti semula Kemudian, dalam 4-5 hari perawatan keadaan pasien tampak masih stabil. Setiap kali visite, setiap kali itu pula sang suami duduk di samping tempat tidurnya. Kalau tidak lagi memijit kaki istririnya, dipegangnya jari-jari dan diusapnya keningnya,  bahkan pernah suatu malam saya mampir ke kamarnya, bapak itu masih duduk di sana. " Bapak tidak tidur?"  tanya saya. "Tidur jugalah dokter, kalau sudah mengantuk sekali atau kalau anak-anak saya ada yang nunggu", jawab bapak itu. Melihat wajahnya saya tidak percaya bahwa tidurnya sedikit. Kelihatan beliau tetap  seger, tidak nampak wajah kelelahan sama sekali. Lalu saya ingat ada penelitian yang menunjukkan bahwa mencintai itu menyehatkan, dapat meningkatkan imunitas seseorang. Melayani, memberi dengan penuh cinta, kasih sayang, kedamaian tidak hanya menyehatkan terhadap orang yang menerimanya, tetapi juga bagi  mereka yang memberikan itu, bahkan lebih positp lagi dibandingkan dengan mereka yang hanya lebih sering menerima saja. Barangkali karena keikhlasan, kecintaan bapak ini dalam melayani istrinya, yang membuatnya s sangat sehat, dan bahkan tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya. Hari ke 6 pasien dirawat, waktu visite pagi, bapak itu tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya, " Alhamdulillah istri saya sudah mulai baik dokter, semalam Ia mulai sadar, sudah mau minta makan dan minum, terimakasih. saya senang sekai dokter",  kata bapak itu  setengah berteriak. Ya, Pak, syukurlah, kelihatannya memang begitu. Ini semua karena bapak. Cinta, kasih sayang, sentuhan, belaian, dukungan dan doa bapak yang membuat Ibuk membaik. Cinta, kasih-sayang, perhatian, dukungan keluarga, apalagi dari suami, istri, anak-anak merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan. Walaupun itu semua tidak kasat mata,  tidak berarti tidak ada pengaruhnya. Banyak penelitian yang memperlihatkan hubungan positif cinta, kasih sayang terhadap harapan hidup pasien, bahkan pada penyakit-penyakit kritis. Penelitian pada pasien-pasien yang pernah mengalami serangan jantung menunjukkan bahwa mereka yang mendapatkan cinta, kasih-sayang, dukungan dari keluaraga, apalagi istri atau suami, mempunyai harapan hidup yang lebih lama, dan serangan ulang lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang kurang mendapatkannya. Penyembuhan luka pada pasien yang mendapatkan dukungan keluarga juga lebih cepat dibandingkan yang tidak. Karena itu, Saya tidak heran melihat perbaikan yang dialami  pasien ini. Cinta, sentuhan yang diberikan sang suami telah memberi kekuatan kepada sang Istri  untuk melawan penyakitnya. Sayang, kebanyakan kita sekarang terlalu sibuk untuk sedikit menyisihkan waktu kita untuk mereka, keluarga yang terbaring sakit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun