Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Inikah Cara Jitu Berhenti Merokok?

20 Januari 2015   21:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:44 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421738769817877091

[caption id="attachment_365282" align="aligncenter" width="300" caption="whytoread.com"][/caption]

Sebut saja, Tn A, usia 50 tahun, mengeluh nyeri dada yang sangat khas untuk serangan jantung, pemeriksaan pendukung juga menunjukkan demikian. Setelah mendapat perawatan di ICU beberapa hari, pasien membaik. Kemudian, di rumah sakit rujukan khusus jantung, pasien kemudian menjalani operasi bypass.

Sekitar 2 tahun lalu pasien pernah konsultasi dengan keluhan nyeri dada. Saya masih ingat sekali  tanggapan pasien waktu saya sarankan untuk berhenti merokok saat itu--pasien perokok berat, sekitar 2 bungkus setiap hari sejak masih sekolah menengah atas. "Apa jawabannya?"..."tetangga saya perokok berat,  meninggal pada usia 80 tahun karena patah tulang akibat jatuh di kamar mandi. Orang tua teman saya, usia 75 tahun, juga perokok berat, sampai sekarang masih kelihatan sehat-sehat saja". Dan, Istri dia yang jauh lebih muda, 35 tahun, ternyata juga seorang perokok. Waktu saya minta untuk berusaha berhenti merokok dan biar dapat memberi dukungan kepada suaminya, sambil senyum menjawab; "saya sudah mencoba dokter, tetapi saya terpaksa merokok lagi karena tidak berapa lama setelah berhenti merokok, saya jadi gemuk dokter.

Nah, waktu pasien kontrol kembali, dengan setumpuk obat yang harus dikonsumsinya setiap hari, sambil guyon saya bertanya; "Anda masih merokok sekarang?" .....Tanpa ragu sedikitpun kemudian dia menjawab; "oh, tidak dokter. Sejak dirawat di ICU kemaren saya tidak pernah merokok lagi, takut juga setelah mengalami sendiri serangan jantung itu dokter, apalagi setelah menjalani operasi. Alhamdulillah istri sayapun sudah berhenti".

Pasien lain, seorang Ibu, usia 55 tahun, dirawat dengan keluhan sesak nafas, dan penurunan berat badan. Pasien juga punya riwayat merokok sejak berkeluarga. Sang suami juga seorang perokok berat. Tidak tahu mengapa Ibu ini juga ikut merokok, pengaruh suami yang perokok bisa jadi.

Setelah pemeriksaan lebih lanjut dilakukan pada pasien, ternyata pada  paru paru pasien di dapatkan cairan pleura yang cukup banyak. Bayangan massa paru juga cukup jelas kelihatan di paru sebelah kanannya. Waktu mengambil cairan paru untuk mengurangi sesak nafasnya dan mengetahui jenis tumor paru yang dideritanya, saya bertanya, "nanti kalau sudah membaik dan Ibuk bisa pulang, apa masih merokok?" Dengan suara pelan, dia menjawab, tidak dokter. Sayangnya, setelah cukup lama dirawat, akibat gagal nafas dan radang paru pasien akhirnya meninggal. Pasien-pasien betul-betul tidak  lagi sempat mengisap candu yang akhirnya membunuhnya itu.

Lalu sehubungan dengan itu, saya percaya, kebanyakan perokok tahu, dan menyadari bahwa merokok itu berbahaya, tidak  baik untuk kesehatan mereka. Namun, memberi tahu, menganjurkan mereka untuk berhenti merokok tidak mudah,  sebagian besar tidak akan mengubrisnya. Bahkan pada pasien yang sebenarnya keluhan-keluhan yang mereka rasakan ada kaitannya dengan kebiasaan merokok, bila keluhan itu masih ringan,  banyak alasan mereka untuk tetap mengisap racun itu, atau mereka tidak pernah berusaha secara serius untuk menghentikannya............Tetapi, seperti pasien di atas, dan banyak sekali pasien-pasien lain, suatu waktu, ketika serangan jantung dialaminya, vonis kanker paru sudah diberikan kepada mereka, stroke sudah menerjangnya, atau ketakutan akan ancaman kematian sudah ada di depannya, barulah sebagian besar mereka akan berhenti. Dan, melihat kenyataan ini, kadang-kadang terlintas dalam pikiran saya; "apakah dengan mengalami hal-hal seperti itu-- serangan jantung, stroke, keganasan, gangguan pernafasan yang berat-- mereka baru mau berhenti?"............"Apakah ini cara yang harus ditempuh mereka untuk berhenti merokok?"..., entahlah.

Berhenti merokok memang tidak mudah, hanya sebagian kecil yang berhasil dalam langkah awal upaya mereka untuk berhenti merokok. Sebagian besar akan merokok kembali dalam tahun-tahun pertama. Tetapi, merokok kembali bukan berarti Anda gagal. Pengalaman saya dengan pasien-pasien yang berusaha berhenti merokok, kegagalan demi kegagalan yang dialaminya, tetap lebih baik daripada yang tidak pernah mencobanya, karena kebanyakan mereka akhirnya juga akan sukses. Yang penting dalam hal ini adalah, Anda punya kemauan. Perlu diingat, jutaan lain perokok berhasil berhenti merokok. Dan, sebaiknya, jangan menunggu seperti pasien di atas, setelah mengalami ancaman kematian yang nyata,  baru Anda terpaksa berhenti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun