Pertimbangkan dan renungkan empat orang dengan penyakit yang sama, "polio," tapi mengambil reaksi, sikap yang berbeda terhadap penyakit yang disandangnya.
Penderita polio pertama, selalu marah, tidak menerima, berkeluh kesah sepanjang waktu, dan memfonis bahwa penyakit ini telah merongrong kehidupannya.
Penderita ke dua, kehidupannya  banyak tergantung dengan kursi roda, sering merasa sedih, kadang-kadang mengeluh dengan kerumitan hidup karena kakinya yang lumpuh.
Penderita ke tiga, merasa tidak dipengaruhi oleh cacat yang dialaminya.
Penderita ke empat adalah, Franklin Roosevelt,  seorang Presiden,   pemimpin besar Amerika, yang tidak mau  ditentukan, dibatasi kehidupannya oleh cacat fisik yang dialaminya.
( Sumber: "You don't have to suffer," T. Juddy)
Walaupun pilihan  respon mereka  terhadap polio tidak sepenuhnya mereka sadari, kita dapat melihat empat penderita polio dengan cacat fisik ini, cara mereka menjalani  hidup  sangat berbeda.
Setiap kejadian di dunia ini pasti ada sisi positip atau pun sisi negatifnya, tetap ada sisi  baik dan buruknya. Dalam peristiwa yang buruk sekalipun harapan itu masih tetap ada. Sebaliknya dalam momen yang sangat menyenangkan pun ancaman ketakutan, kekecewaan dapat terjadi. Sebagai manusia berakal kita diberi peluang mau fokus di mana? Mau fokus pada sisi baik atau buruk? Pilihan yang anda ambil tidak hanya akan menentuk gaya hidup, tetapi juga perjalanan hidup anda.
Begitu juga dengan sakit, walaupun kita sudah berusaha mencegahnya, kadang- kadang penyakit itu masih datang. Dan, bermacam  reaksi seseorang menghadapi penyakit yang menimpanya. Kebanyakan tidak menerima, berkeluh kesah, dan selalu melihat sisi negatif dari penyakit, lupa dengan kebaikan-kebaikan, hikmah, pelajaran yang dapat kita petik di saat Allah mencoba, menguji kita dengan penyaki ini.
Lalu, Allah tidak menjadikan sesuatu dengan sia-sia, termasuk penyakit yang kita derita. Disamping menguji, mencoba kesabaran kita, banyak hikmah yang dapat kita ambil. Misalnya saja, karena sakit kita semakin sadar betapa nikmatnya hidup ketika sehat. Dengan sakit tumbuh kesadaran untuk mengubah gaya hidup, berolahraga, mekan  yang sehat, tidak tamak dan loba. Sakit mengajari kita untuk menghargai waktu, bersyukur, mengingat kematian, menumbuhkan empati, jauh dari maksiat, dan sakit bagi yang bersabar dan Ridho dengan ketentuan Allah,  dapat jadi peluntur dosa-dosa kita. Dan, kalau kita meninggal syorga Allah dijanjikan.
Melihat dari sisi baik, positip setiap apapun yang terjadi, termasuk sakit tidak hanya mengurangi penderitaan anda, tapi juga memperbaiki kualitas hidup, dan bahkan harapan hidup anda. Orang-orang yang  tetap berpikir positip,  optimis menurut penelitian menurunkan risiko penyakit, cendrung lebih memperhatikan kesehatanya, melakukan kebiasaan sehat seperti memilih makanan yang lebih sehat, olahraga, dan berhenti mrokok. Orang-orang yang optimis tidak mudah putus asa, menyerah, dan lebih mudah menghadapi tantangan dan kendala yang dihadapinya.
Nah, empat contoh  pribadi di atas dengan sakit yang sama yakni polio,  cacat lumpuh, perjalanan hidupnya berbeda, Abraham Lincoln jadi Presdien Amerika, satu-satunya dalam sejarah Presiden Amerika yang cacat fisiknya. Memang banyak faktor yang dapat  menentukan Abraham Lincoln jadi Presiden, tetapi bagaimana Ia melihat, menjalani penanyakit polio, cacar lumpuh yang dideritanya sangat penting. Sangat mustahil bagi orang yang putus asa, yang pesimis.