Insuline adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas.  Banyak fungsi hormon ini dalam menjaga keseimbangan tubuh kita, sehingga tubuh  berjalan normal. Salah satu fungsi penting Insulin ini adalah menjaga keseimbangan gula dalam darah. Insulin ini berkerja  sebagai pembawa gula darah agar dapat masuk ke dalam sel tubuh kita, sehingga gula darah sebagai sumber energi dapat digunakan oleh sel tubuh.
Pada penyandang diabetes mellitus tipe 2, Â kerja Insulin ini tidak dapat berjalan dengan baik, bisa karena produksi Insulin yang berkurang, atau juga mengalami apa dikenal dengan resistensi Insulin. Akibatnya, gula darah yang seharusnya masuk ke dalam sel dengan bantuan Insulin, hanya mengalir, memenuhi aliran darah.
Nah, ada beberapa pilihan sebagai terapi untuk mengoreksi kerja Insuline pada penyandang Diabetes mellitus ini agar gula darah dapat dikendalikan dengan baik. Mulai dari perubahan gaya hidup, pola makan sampai pada obat-obatan dan termasuk Insulin sendiri. Bahkan pada kondisi tertentu pemberian Insulin adalah suatu keharusan
Sayangnya, ada beberapa mitos yang banyak beredar di tengah-tengah masyarakat mengenai Insulin ini, salah satunya adalah bahwa suntikan Insulin menyebabkan nyeri atau sakit. Karena punya anggapan seperti itu banyak juga pasien yang harus mendapatkan terapi Insulin, mereka sering menolak karena alasan suntikan yang sakit atau nyeri ini.
Sehubungan dengan itu, ada cerita seorang pasien yang baru pertama kali diketahui menderita Diabetes melilitus. Sebut saja Tn A, Suami dari seorang Bidan yang Saya kenal dengan baik, berusia 45 tahun, datang konsultasi bersama istrinya. Dari keluhannya yang sangat khas, seperti  sering haus, banyak minum, banyak buang air kecil, selalu lapar,  banyak makan, dan berat badan menurun dalam beberapa bulan terakhir, saya sudah dapat menduga kemungkinan penyakit yang dideritanya, yakni Diabetes Mellitus tipe 2.Â
Dari penampilan fisik juga demikian, perutnya yang besar, khas, dikenal dengan bentuk apel menambah keyakinan saya bahwa pasien adalah penyandang diabetes. Dan, pada pemeriksaan laboratorium ternyata memang benar, gula darah sewaktu yang di ambil langsung saat itu, sangat tinggi. Dengan alat glukometer yang Saya gunakan untuk mengukurnya, gula darah tidak terukur. Biasanya kalau tidak terukur begini, gula darahnya lebih dari 550 mg/dL
Lalu, dengan gula darah yang tinggi ini, dan gejala lain yang dipunyai pasien, pasien seharusnya mendapatkan terapi Insulin untuk mengedalikan gula darahnya dan mencegah terjadinya komplikasi akut pada pasien. Tetapi, pasien menolak sama sekali, alasannya takut disuntik dan menurut dia suntikan Insulin itu sakit sekali. Â Berbagai upaya saya lakukan agar pasien mau dirawat dan kalau dirawat diberikan Insulin, sayangya dia tetap tidak mau. Bahkan, kemudian pasien keluar dari ruang praktek saya, dan pergi meninggalkan istrinya. Istrinya yang Bidan pun mencoba menyusulnya, tetap tidak berhasil.
Disamping cerita pasien di atas, banyak pasien lain yang juga mempunyai alasan yang sama, tidak mau mendapatkan terapi injeksi Insulin karena menganggap suntikan Insulin itu mengakibatkan rasa  nyeri, atau sangat sakit. Saya tidak tahu darimana pasien sampai mempunyai persepsi seperti itu. Barangkali seperti pasien di atas, bisa  saja karena pengalaman melihat istrinya yang bidan waktu menyuntik pasien sering menjerit kesakitan atau bahkan melihat anak-anak yang menangis waktu disuntik. Pengalaman mereka yang kesakitan waktu mendapatkan suntikan sebelumnya, dan waktu masih kecil juga barangkali bisa menjadi penyebabnya.
Nah, dulu memang begitu, orang sering menjerit kesakitan waktu disuntik, saya pun pernah merasakannya. Tetapi sekarang terutama untuk suntikan Insulin dari aspek jarumnya saja sudah jauh berbeda. Sebelumnya, jarum Insulin itu terdiri logam, ukuran cukup besar dan panjang, bahkan pernah sejarahnya, sebelum digunakan jarum itu diasah dulu biar lebih tajam.Â
Sebaliknya jarum yang digunakan sekarang sangat halus, pendek dan dilapisi silicone lagi. Lapisan silicone ini juga dapat mengurangi gesekan jarum dengan kulit. Dan, karena begitu kecilnya jarum Insulin sekarang, Â menjadi agak sulit dilihat, apalagi oleh pasien usia lanjut atau pada penderita diabetes yang sudah ada gangguan penglihatan. Pernah suatu ketika seorang pasien yang sangat takut dengan injeksi Insulin ini untuk meyakinkannya saya perlihatkan contoh jarumnya. Setelah melihat sendiri jarumnya, seperti tidak percaya dan kaget memberi komentar, "ahh, ini jarumnya dokter dokter, saya sulit melihatnya" , sambil dia berusaha melihat lebih dekat.
Disamping itu, pada penyandang diabetes yang mendapatkan injeksi insulin, suntikan Insulin diberikan pada lapisan lemak di bawah kulit, bukan pada otot. Seperti diketahui jaringan lemak bawah kulit bebas nyeri. Taruma, injuri seperti suntikan tidak akan menimbukan rasa sakit, karena jaringan lemak di bawah kulit tidak mempunyai syaraf sensoris.