Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Takut Diabetes Melitus? Ubah Gaya Hidup Anda!

15 Februari 2013   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:16 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1360920347302748006

[caption id="attachment_236614" align="aligncenter" width="226" caption="123rf.com"][/caption]

Faktor genetik sering mejadi kambing hitam seseorang bila mereka menderita diabetes melitus. Karena orang tuanya, saudaranya menderita penyakit itu, wajar juga mereka mengidap sakit yang sama.

“Ibu saya juga menderita DM dokter”, kata seorang pasien setelah saya beritahu bahwa dia kena DM.

“Lantas, kalau Ibu Anda DM,  bagaimana?” Tanya saya.

“Ya, wajar saja kadar gula saya tinggi dokter, saya sakit DM karena ada turunan”, kata pasien seolah-seolah tidak  setuju bahwa gula darahnya yang tinggi itu saya katakan kuat hubungannya dengan gaya hidupnya, pola makannya, dan perutnya  yang buncit itu.

Faktor turunan yang selama ini sering dianggap sebagai biang keladi seseorang menderita DM,  memang merupakan salah satu faktor risiko DM tipe 2. Bila Anda punya faktor risiko ini, kemungkinan Anda menderita DM lebih besar dibandingkan yang tidak. Tetapi dengan adanya faktor risiko itu,  tidak berarti bahwa  Anda otomatis menderita penyakit yang sama. Ada ahli yang mengatakan bahwa faktor genetik itu, ibaratkan  Anda mempunyai sebuah lilin. Lilin itu tidak akan menyala kalau tidak ada yang memantikkan api ke sumbunya. Diabetes melitus tipe 2 juga begitu, faktor genetik yang Anda bawa, tidak akan muncul bila tidak ada faktor pemantik, pencetusnya. Pencetusnya utamanya itu diantaranya adalah obesitas, gaya hidup santai (sedentary life, physical  inactivity), dan pola makan tidak sehat, serta merokok.

Besarnya pengaruh gaya hidup terhadap diabetes melitus tipe 2 ini dapat dilihat dari meroketnya kasus diabetes di seluruh Dunia. Sehingga   organisasi kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa diabetes melitus menjadi penyakit epidemik di seantero Dunia.

Indonesia sendiri menduduki peringkat ke 4 besar kasus diabetes setelah India, China, Amerika Seriktat dan kemudian Jepang.  Pada tahun 2010 International Diabetes Federation memperkirakan 285 juta penduduk Dunia menjadi penyandang Diabetes Melitus, lebih dari 430 juta akan menderita diabetes melitus pada tahun 2030.

Meningkatnya kasus DM tipe 2 di Negara berkembang termasuk Indonesia seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dan perubahan gaya hidup penduduknya merupakan  contoh yang jelas hubungan gaya hidup dengan diabetes tipe 2. Sebagai contoh, yang pernah diteliti adalah penduduk pulau Nauru di Pasifik. Sampai pada tahun 1950 mata pencarian penduduknya adalah sebagai petani dan nelayan.

Diet mereka terutama dari ikan, sayur-sayuran, dan tanaman, buah-buahan  yang ada di pulau itu. Pada tahun 1960, industri fosfat berkembang di sana. Setelah itu, pada tahun 1976 penduduk Nauru termasuk yang paling sejahtera di Dunia. Seiring dengan itu, kebiasan kerja keras seperti bertani, nelayan  mulai menghilang. Mereka yang selama ini biasa berjalan, beralih menggunakan kendaraan bermotor. Makanan impor memenuhi pertokoan, dan peralatan rumah tangga elektrik, sarana hiburan elektronik seperti TV menghiasi setiap rumah.

Perubahan gaya hidup yang dramatis akibat industrialisasi dan peningkatan kesejahteraan ini juga membawa dampak yang menyolok terhadap penduduk Nauru ini. Obesitas, diabetes melitus yang sebelumnya jarang ditemukan, sekarang rata-rata penduduk Nauru mengalami obesitas. Akibat obesitas dan kurang aktifitas, 34,4 % populasi Nauru kemudian mengidap diabetes. Penlitian yang dilakukan di  China juga demikian, urbanisasi, industrialisasi, kesejahteraan yang  meningkat dan perubahan gaya hidup menempatkan  China sebagai negara no 2 terbanyak kejadian penyakit diabetes melitus di Dunia. Indonesia tampaknya juga sama saja, kejadian diabetes melitus juga meningkat. Istilah  Perawat saya, orang di kampung saja sekarang sudah banyak yang menderita DM. Dan, poliklinik penyakit dalam, ruang rawat inap penyakit dalam sekarang juga dipenuhi oleh penyandang DM dengan bermacam komplikasi.

Jadi, bila Anda sekarang menderita DM, kebetulan Anda mewarisi faktor genetik, turunan, jangan semata-mata menyalahkan mereka, gaya hidup andalah yang paling menentukan.  Dan, bila Anda tidak ingin seperti orang tua Anda, Anda takut menderita penyakit yang sama, maka mulai sekarang rubahlah gaya hidup Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun