Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bandara Narita, Tokyo, Sehelai Sampah Saja Tidak Saya Lihat

28 Oktober 2012   04:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:19 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perjalanan panjang menuju Halifax, Canada, bulan yang lalu saya harus transit di Bandara Narita Tokyo. Setelah melayang di udara dengan maskapai penerbangan  Japan Air Line, sekitar jam 7.30 waktu setempat , masih pagi sekali waktu Indonesia, pesawat kami mendarat dengan mulus. Kenyamanan di atas pesawat, fasilitas yang disediakan, keramahtamahan pramugari maskapai ini, perjalan yang cukup lama itu, hampir delapan jam dari Banara Soekarno Hatta, Jakarta terasa tidak membosankan.

Menjelang pesawat mendarat, dari  balik jendela saya intip, bandara yang terbesar dan tersibuk , yang melayani puluhan juta penumpang setiap tahunnya ini kelihatannya biasa-biasa saja. Baru kemudian , setelah saya sampai di dalam terminal—saya mendarat di terminal 1, dengan menggunakan shuttle bus pindah ke terminal 2, saya tiba-tiba agak terkesima, bukan pada kemegahan gedungnya, tetapi kesan bersih luar biasa yang saya lihat. Sesuatu yang masih sulit ditemukan di bandara-bandara di Negara kita.

Kemudain, karena saya transit cukup lama, pesawat Air Canada yang akan melanjutkan perjalan saya ke Toronto baru akan take off sekitar jam 16.00 sore waktu Tokyo, dan perjalanan ke Toronto memakan waktu lama sekali, sekitar 14 jam non stop, saya ingin istirahat agak beberapa jam.  Sebetulnya kalau saya mau, saya bisa tidur di bangku-bangku yang saya lihat cukup nyaman tidur di sana. Tetapi, karena saya belum mandi, dan betu-betul ingin tidur tanpa terganggu, saya berharap ada ruang khusus di dalam bandara untuk itu. Alhamdulillah dari kounter informasi yang saya dapatkan ternyata ada, yang disediakan bagi penumpang transit yang ingin istirahat. Hanya saja, sampai di sana saya lihat tarifnya sangat mahal, paling tidak menurut ukuran kantong saya, 20 dolar Amerika setiap jamnya. Andaikan saya istirahat 5 jam, saya harus merogoh kantong saya 100 dollar, barangkali sama dengan tarif menginap semalam di hotel bintang 5 seperti Brobudur, klas standard di Indonesia.  Namun, walau ukuran kamarnya kecil, fasilitas di dalamnya cukup memadai, ada TV, kamar mandi di dalam kamar yang sangat bersih, air panas, dan toilet serba elektrik yang juga  terasa hangat bila kita duduk di atasnya.  Sayang, sandal yang dirancang cukup bagus dan nyaman dipakai, waktu saya tanyakan ke petugas di sana , ternyata tidak boleh dibawa pulang.

Setelah istirahat sekitar 4 jam, badan saya terasa sangat segar sekali, apalgi setelah berendam air hangat cukup lama, saya check-out. Kemudian, saya berjalanan menuju gate pemberangkatan Air Canada ke Toronto. Tampaknya, gate pemberangkatan itu cukup jauh juga dari tempat saya istirahat, setelah berjalan agak santai, sambil melihat ke sana-kemari, menikmati suasana di sekitarnya, dalam waktu hampir 15 menit baru saya sampai di sana. lalu, karena waktu take-off masih cukup lama, dan saya sudah tahu gate pemberangkatan, untuk merintang waktu saya kembali berjalan-jalan di terminal bandara.

Rasa kagum saya semakin bertambah setelah cukup lama berkeliling.  "Bagaimana tidak?" Setiap sudut, ruangan, kamar mandi, restoran,  yang saya lalui, tidak pernah saya lihat sehelai, sepotong sampah pun, seperti yang umum kita nikmati (terpaksa) di Bandara-Bandara di Negri kita tercinta ini. Di kamar mandi pun saya tidak melihat jejak-jejak bahwa itu bekas dipakai, seolah-olah tidak ada pengguna sebelumnya. Dan, yang anehnya lagi, saya tidak melihat petugas kebersihan di sana, bukan seperti yang kita lihat di Bandara Soekarno Hatta, ada petugas di sana, maaf, kadang-kadang banyak berdiri di pintu masuk sambil mengaharapkan sesuatu dari pengunujung.

1351393537114750303
1351393537114750303

Hampir semua ruangan, kecuali kamar mandi, nampaknya dilapisi karpet yang tebal. Berjalan di atasnya terasa sangat nyaman dan empuk sekali, perjalanan yang agak  jauh barangkali  tidak akan melelahkan. Karpet yang kadang berwarna-warni itu kelihatan seperti baru dan sangat bersih.  Kapan karpet-karpet  dibersihkan, saya juga tidak tahu, barangkali malam hari, karena kabarnya Bandara ini tutup setelah jam sembilan malam. Terlintas dalam pikiran saya, "kapan ya,  bandara-bandara kita dapat seperti ini?"  Gambar-gambar dibawah ini sedikit-banyaknya barangkali dapat menggambarkan bagaimana bersihnya karpet itu dan ruangan di sekelilingnya.

13513952181571282512
13513952181571282512

salah satu sudut ruangan di bandara Narita, bentuk lengkung yang melingkar menjadikan bangunan kelihatan megah dan mewah

135139537589800301
135139537589800301
eskalator dengan sedikit sentuhan hiasan bunga menambah apik dan bersihnya  bandara ini

13513955012000720449
13513955012000720449
salah satu lorong di bandara Narita

13513973641420960175
13513973641420960175
ruang khusus merokok yang kelihatan rapi dan bersih

Ruangan bermain untuk anak-anak juga saya juga tersedia  di beberapa tempat. Seperti ruangan bermain anak-anak pada umunya, fasilitasnya cukup lengkap. Bahkan ada ruangan khusu untuk menyusui bagi Ibu yang menyusui. Fasilitas kran air panas juga tersedia. Saya beruntung juga dapat memanfaatkannya, kebetulan saya membawa mie instan, saya dapat menikmati mie instan itu dengan air panas yang tersedia.

1351395593689804881
1351395593689804881
ruang bermain anak-anak. ada fasilitas air panas, ruang menyusui di dalamnya dan saya shalat juga di sini

Setelah cukup lama berkeliling, sambil hati saya tidak pernah lepas berdecak kagum melihat kebersihan Bandara ini, di tengah jalan w aktukembali menuju gate keberangkatan saya lihat seorang petugas kebershan dengan seragam khusus sedang membersihkan semacam tempat sampah di suatu sudut ruangan.   Tempat sampah itu kelihatan sangat sederhana, tetapi bersih sekali,  bahan dasarnya kelihatannya alumuminium. Ada tiga buah dalam satu deretan, masing-masing untuk sampah plastik, kertas, dan sampah makanan. Petugas itu tampak dengan telaten membersihkan tempat sampah itu dan mengganti kantong plastik yang menampung sampah di dalamnya.

13513970731342513424
13513970731342513424
13513972031017164576
13513972031017164576
Petugas kebersihan yang selalu sibuk dengan tanggungjawabnya

Kemudian, menjelang saya sampai di gate pemberangkatan, secara kebetulan saya juga bersobok seorang petugas kebersihan, wanita, masih muda kelihatannya. Petugas ini  membawa semacam sapu dan serokan yang  berjalan cepat, sambil matanya selalu menatap ke bawah, ke sekelilingnya, seolah-olah mencari kalau-kalau ada sampah yang berserakan. Saya mencoba mengikutinya, melihat apa yang dikerjakannya. Memang benar, petugas ini sedang mencari sampah-sampah yang mungkin ada. Di suatu tempat di depan sebuah restoran saya lihat dari jauh, barangkali ada secuil sampah makanan yang kemudian dipungutnya. Hmm, dalam hati sekali lagi saya bergumam, pastas saja tidak ada sampah-sampah di sini, mereka mencari sampah-sampah untuk dipungutnya, bukan menunggu sampah-sampah itu.

Lalu, setelah sampai di ruang tunggu, seraya menunggu boarding, pikiran saya menerawang jauh ke bandara-bandara kita. Andaikan kita punya bandara seperti ini, alangkah nyamannya. Secara fisik beberapa bandara kita sebetulnya juga tidak ketinggalan jauh, hanya fasilitas apalagi  kebersihannya yang jauh berbeda. Saya teringat, pernah suatu kali ketika saya haus, mulut saya sudah terbuka lebar, di fasilitas air minum gratis yang ada di bandara, setelah saya tekan tombol  cukup lama, airnya tidak kunjung keluar. Orang di sekitar yang melihat barangkali bercampur kasihan juga tersenyum kecut. Di suatu Bandara, sebuah Provinsi, saya terpaksa buru-buru lari ke luar sambil menutup mulut dan hidung,  sebelum hajat saya kesampaian karena kotoran manusia menumpuk di Toilet dan tidak ada air sama sekali. Padahal, bandara di era sekarang ini adalah ibaratkan pintu gerbang Negara. Bandara adalah cerminan suatu Negara secara keseluruhan. Bila bandara itu bersih, saya yakin Negara itu juga InsyaAllah bersih, dan hati para pemimpinya seharusnya juga bersih. Beberapa bandara di luar, yang saya pernah kunjungi mencerminkan hal itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun