Pada tahun 1982, pernah dilakukan penelitian pada binatang percobaan tikus, untuk melihat pengaruh diet rendah kalori terhadap kejadian penyakit, dan usia tikus percobaan. Ratusan tikus jantan kemudian dibagi menjadi dua kelompok, satu grup tikus dibiarkan makan sesuai biasanya, kemauannya, sementara pada kelompok lain diberikan makanan hanya dua per tiga dari yang normal dikonsumsi tikus-tikus tersebut .
Kemudian, "apa yang terjadi pada tikus-tikus itu?"
Ternyata kelompok tikus yang mendapatkan makanan yang normal, seperti biasanya, mempunyai rentang hidup maksimal hanya 1000 hari. Dan, kebanyakan mereka meninggal karena penyakit keganasan, penyakit ginjal, dan gangguan jantung. Lain ceritanya dengan kelompok tikus yang mendapatkan porsi makanan yang dibatasi, asupan kalori lebih rendah, makan lebih sedikit. Rata-rata mereka hidup selama 1500 hari, ini 50 % lebih lama dari kelompok pertama yang makan sepuasnya, sesuai dengan kemauannya. .....Dan,tidak hanya itu, didapatkan juga hasil yang lebih mencengangkan lagi, tanda-tanda yang biasanya dikaitkan dengan proses penuaan seperti perubahan warna bulu-bulunya,  maka perubahan itu lebih lambat muncul dibandingkan kelompok pertama. Pada usia 3 tahun pun bulu-bulu mereka kelihatan masih sehat,  bersih, bercahaya.  Tikus-tikus yang mendapat pembatasan asupan kalori juga kelihatan lebih lincah berlari dalam lorong-lorong yang dibuat dalam kandangnya.  Disamping itu, didapatkan imunitas tikus-tikus yang  lebih kuat, kejadian diabetes, kanker, katarak yang lebih rendah pada kelompok tikus yang dibatasi asupan kalorinya.
Sampai sekarang sudah banyak penelitian yang sama dilakukan pada binatang percobaan lain seperti serangga, mencit, kera yang hasilnya juga  meperkuat hasil penelitian sebelumnya.
Lalu, "bagaimana dengan manusia, apakah pembatasan asupan kalori ini juga mempunyai efek yang sama?"
Karena pertimbangan umur manusia yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan binatang percobaan, misalnya tikus, dan pertimbangan praktis dan etika, belum ada penelitian definitif jangka panjang yang dilakukan terhadap manusia. Â Walaupun demikian, para sukarelawan yang mempraktekan kehidupan dengan asupan rendah kalori ini juga menunjukkan hasil yang sama seperti yang didapatkan pada binatang percobaan.
Jhon Apollos, seorang sukarelawan yang mengikuti penelitian pengaruh pengurangan kalori jangka panjang di Tufts University Boston, 8 bulan setelah mengurangi asupan kalorinya sebesar 25 % mengatakan, "bukan hanya lemak tubuh saya yang mencair, berat badan saya yang turun, Saya sekarang merasa lebih baik, lebih sehat. Dan, kalau usia saya lebih panjang, dan sehat, apakah itu bukan sesuatu yang menarik? Mengapa anda tidak mencobanya?"
Jadi, kalau anda ingin sehat, umur lebih panjang, sesuai dengan hasil penelitian, dan apa yang dialami para sukarelawan di atas, kurangilah porsi makanan anda. Kita hidup bukan untuk makan, tetapi makan untuk hidup. Allah pun membeci orang yang memenuhi lambungnya, yang berlebihan baik makan, maupun minumnya. Sabda Rasulullah; tidak akan makan seorang ummatku kecuali hanya untuk sekedar menegakkan tulang punggungnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H