Mohon tunggu...
Irsyad Mohammad
Irsyad Mohammad Mohon Tunggu... Sejarawan - Pengurus PB HMI, Pengurus Pusat Komunitas Persatuan Penulis Indonesia (SATUPENA), dan Alumni Ilmu Sejarah UI.

Seorang aktivis yang banyak meminati beragam bidang mulai dari politik, sejarah militer dan sejarah Islam hingga gerakan Islam. Aktif di PB HMI dan Komunitas SATUPENA. Seorang pembelajar bahasa dan sedang mencoba menjadi poliglot dengan mempelajari Bahasa Arab, Belanda, Spanyol, dan Esperanto.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Boikot Produk Pro-Israel, Mungkinkah?

29 Februari 2024   19:23 Diperbarui: 29 Februari 2024   19:23 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: palestine-studies.org

Medsos yang ada saat itu cuma Friendster, Yahoo Messenger, juga saat itu orang masih aktif mengutarakan isi pikirannya di Wordpress maupun Blogspot. Saya sendiri tahu daftar produk-produk tersebut dari almarhum paman saya, yang menunjukkan adanya daftar produk-produk itu. Ia mencetak daftar produk itu dan membagikannya. 

Saya coba saja searching di Google, rupanya daftar itu ada namun hanya sebatas di Blogspot ataupun Wordpress, juga di Youtube. Di Indonesia saat itu penggunaan internet belum semasif sekarang, cuma kebetulan saat itu di rumah kita sudah menggunakan internet. Provider internet di rumah-rumah masih sedikit, hanya tersedia Speedy (sekarang Indihome).

Pada tahun 2008 pasukan Israel menyerang Gaza untuk berperang dengan Hamas. Kala itu pemberitaan soal Palestina meningkat, dunia banyak yang bersimpati kepada Hamas karena dianggap pasukan perlawanan terhadap Israel. 

Saat itu saya pun teringat daftar pro-Israel langsung saya tidak tega mengkonsumsi produk-produk tersebut, saya memberitahukan ke ayah saya untuk tidak membeli produk-produk tersebut dan menghindari sebisanya. Itu cukup lama paling tidak saya tidak ketika menemani ayah saya belanja, saya tidak mengambil produk-produk tersebut. Lambat laun semangat itu pun mulai memudar, akhirnya kita beli produk-produk tersebut. Terlebih lagi gencatan senjata antara Hamas dengan Israel telah dilakukan.

Ketika sudah mulai SMA hingga kuliah saya mendalami lagi semua sejarah soal Palestina & Israel, etnis Yahudi, agama Yahudi hingga asal usul gerakan zionisme mengapa gerakan tersebut ada dan mengapa Israel bisa berdiri? 

Semua hal-hal itu saya pelajari. Kuliah pun saya mempelajari hal tersebut, bahkan hingga lulus kuliah terkadang masih suka membaca mengenai tema-tema ini. Termasuk juga situasi terbaru di Timur Tengah. 

Selama kuliah saya sudah pada kesimpulan bahwa memboikot produk-produk yang disinyalir pro-Israel nyaris mustahil. Mengapa? Sebab medsos hingga mesin pencarian (search engine) hampir semuanya dibuat oleh orang Yahudi. Bahkan dengan jujur harus kita akui, bahwa teknologi-teknologi tersebut memudahkan kehidupan kita. 

Memang banyak medsos-medsos tersebut hingga mesin pencarian, memungkinkan kita untuk membuat konten Pro-Palestina dan mengecam Israel, bahkan dalam tindakan lebih ekstrem mengecam orang Yahudi; tindakan yang tidak bisa saya terima sepenuhnya. Sebab yang perlu dilawan bukan orang Yahudi, tapi kekejaman militer Israel dan tidak semua orang Yahudi mendukung tindakan militer Israel. 

Ketika medsos penggunaannya meluas dan juga mesin pencarian, publik saat itu belum sadar tentang ekses daripada medsos dan bagaimana cara kerja medsos serta mesin pencarian yang melakukan pelacakan (tracking) terhadap perilaku pengguna yang menggunakan jasa mereka, melalui cookies yang kemudian algoritmanya membaca keseharian kita. Sehingga seringkali ketika chat dengan teman kita di medsos tentang suatu produk, tiba-tiba di medsos lain sudah ada iklan produk yang kita bicarakan. 

Lambat laun hal ini pun mulai disadari dan sudah menjadi rahasia umum juga bahwa website-website juga melakukan tracking, termasuk medsos dan search engine. Sehingga di negara-negara Uni Eropa sudah diberlakukan peraturan yang menyatakan bahwa website yang beroperasi di wilayah Uni Eropa itu memiliki cookies dan harus meminta izin pengguna yang mengakses website itu apakah ia menerima adanya cookies? 

Hal ini lazim bila kita mengklik website perusahaan dari negara Uni Eropa ataupun media dari negeri Uni Eropa. Paling tidak satu fakta pahit yang harus kita terima, bahwa sebenarnya data pribadi kita selama ini dimonetisasi di semua layanan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun