Mohon tunggu...
Irsyad Feisal Ahmad
Irsyad Feisal Ahmad Mohon Tunggu... -

Menjadi salah berpikir hingga menghancurkan semuanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salam Hangat Untuk Seorang Teman

9 Juni 2012   14:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:11 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari sabtu sore, aku duduk di bangku meja dalam rumah sambil melihat keluar jendela. Depan pandangan mata ku lihat hanya gunung yang di lapisi kabut dan awan yang hitam. Gunung itu hampir tak terlihat karena tertutup oleh kabut dan awan. Dalam lima hari terakhir di bulan Mei, hujan terus mengguyur, angin kencang terus meniup deras bersama dengan hujan. Ku lihat semuanya menjadi lembab, termasuk pakaian yang ku pakai saat pergi kuliah. Becekan air, tanah liat yang sedikit menempel di bagian celana menandakan bahwa aku benar-benar menikmati suasana musim hujan di akhir bulan Mei. Sudah berapa kali pakaianku basah karena hujan. Namun, aku benar-benar menikmati keadaan cuaca seperti ini. Memang suasana musim hujan seperti ini sangat mengerti dengan hati dan pikiranku saat ini yang aku rasakan.

Aku bergegas mengambil raincoat atau baju jas hujan. Aku pergi ke suatu tempat yang sering ku singgah saat aku masih kecil bersama teman-temanku. Aku sedang berada disana, melihat pematangan sawah yang luas dan hijau. Sungguh keberkahan dari Sang Maha Pencipta telah memberikan rezeki dan karunia buat orang-orang yang menanam padi dan mencari rezeki dalam padi. Sedikit ku keluarkan rokok dari dalam jacket ku dan menghisapnya, dan duduk di atas pintu irigasi sambil menikmati semua ini. Aku bertanya dalam hati, "Semua sudah berubah". Dulu, saat aku kecil aku bersama teman-temanku sering mencari dan membajak ikan dengan pangki di irigasi ini, tak peduli kaki jadi kudis-kudisan namun aku tetap bahagia dan bergembira ria. Pernah waktu aku bersama teman-teman saat masih kecil, di irigasi air ini aku bersama teman-teman memimpikan cita-cita dan berkhayal apa yang kami impikan saat masih kecil. Temanku Roma Febrian, hingga saat ini aku masih selalu berjumpa dan mendengar kabarnya. Kadang-kadang ia menelepon mengajakku minum sanger. Ia seorang teman dekat di dusun rumahku. Setiap hari sekolah aku selalu bersama dengannya, berjalan kaki dari rumah 1 kilo meter menuju angkotan umum untuk bersekolah. Ia satu kelas denganku saat Di SD dan SMP. Tapi saat di SMA aku tidak lagi satu sekolah dengannya. Ia masuk sekolah asrama atelit yang berada di daerah kota tempat tinggalku. Selama sekolah atelit, ia sudah sangat mahir dengan olahraga tolak peluru hingga ikut dalam kejurnas PORDA. Namun setelah masa di sekolahnya itu selesai, ia melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi untuk mendapatkan jenjang sarjana S-1, yaitu sarjana ekonomi di Universitas Muhammadiyah. Awalnya kami berdua dan beberapa temanku yang lain sepakat untuk mengikuti ujian tes SPMB, atau seleksi penerimaan mahasiswa baru setelah kami lulus di SMA nanti. Tapi akhirnya kami semua tak lulus dalam ujian tes tersebut. Kami semua ingin masuk ke Unsyiah, universitas syiah kuala salah satu universitas negeri yang tertinggi di banda aceh. Tapi satupun tak ada nama kami yang tertera dikoran sebagai salah satu calon mahasiswa yang lulus dalam ujian tes SPMB. Musibah bagi Roma yang saat itu tak lulus tes, ayahnya meninggal dengan keadaan sakit jantung. Seingatku kejadian ayahnya meninggal pada tanggal 17 Agustus 2007, hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Belum lagi setelah kepergian ayahnya, tiba-tiba ibunya mempunyai gejala stroke dan akhirnya sakit hingga sudah lima tahun duduk dikursi roda dan tak bisa berbicara jelas. Banyak waktu yang ia habiskan untuk menjaga ibunya yang sakit, sehingga waktuku untuk duduk bersama dengannya seperti biasa tak banyak. Lulusan perguruan tinggi sarjana ekonomi di muhammadiyah, status Cumlaude. kini ia bekerja di bank syariah dan menjadi salah satu staf tetap bagian kreditur, roma salah satu teman baikku yang berhasil menggapai impiannya saat kami duduk di irigasi air untuk menggapai cita-cita apa yang kami impikan. Salam hangat untukmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun