Mohon tunggu...
Irsyad Feisal Ahmad
Irsyad Feisal Ahmad Mohon Tunggu... -

Menjadi salah berpikir hingga menghancurkan semuanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amat Rhang Manyang (Cerita dari Rakyat Aceh)

9 September 2012   11:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:42 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dikampung Pasie, berdekatan dengan Paya Senara daerah Krueng Raya, Nanggroe Aceh Darussalam. Pada zaman dahulu, berdiamlah di tempat tersebut satu keluarga terdiri dari bapak, ibu dan seorang anaknya laki-laki bernama Amat. Amat, sering juga di panggil ” Agam ” ( Dalam Istiadat Aceh, panggilan Agam adalah untuk seorang anak laki-laki maupun perempuan di panggil Inong).

Keluarga ini tergolong miskin. Pekerjaan sehari-hari adalah mengolah sabut dan garam. kulit kelapa yang umunya dibuang orang, mereka kumpulkan, lalu direndamkan dalam lumpur. Setelah beberapa lama, rendaman itu diangkat, di bersihkan. Isinya yang sedikit membusuk dibuang sehingga tinggal seratnya saja. Serta ini diolah atau dipintal menjadi jenis tali sabut.  Untuk memasak, mereka menggunakan kulit kelapa, pelepah dan daunnya sebagai kayu api. Sedangkan bagi orang kaya semua itu dibuang atau tidak dibutuhkan dalam kebutuhan mereka, cuma dibutuhkan untuk api unggun dalam kandang lembu mereka untuk mengusir nyamuk dalam kandang.

Disamping itu mereka membuat garam, karena kampung pasie (Pasir) itu terletak di tepi pantai. hasil dari kedua mereka inilah yang mereka jual untuk mendapatkan nafkah hidup sehari-hari yang masih jauh memadai. Kasih sayang kedua orangtua si amat tercurah kepadanya, sebab ia anak tunggal satu-satunya. Mereka ingin memberikan kecukupan untuk anak mereka, sebagaimana kebanyakan anak-anak orang lain. Tetapi, hendak dikata, maksud hati memeluk gunung apa apa daya tangan tak sampai.

berbagai usaha lain sudah dicoba oleh bapak si amat untuk mendapatka kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya, tetapi tetap mengalami kekecewan. mungkin karena mereka tak memiliki modal apapun kecuali tenaga dan kemauan. Dalam keadaan seperti ini, orang tuanya selalu berpasrah diri kepada Allah, mepertebal keimana dan taqwanya. Setiap selesai shalat, mereka selalu berdoa setidaknya kepada anaknya, Amat, kelak Allah dapat memberikan kehidupan yang lebih layak, sehingga dapat dijadikan payng saat hujan, kayu rimbun tempat berteduh bagi mereka di hari tua.

Keberuntungan tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak pada ketiak amat berumur lima tahun, meninggalah bapaknya. “Patah dahan tempat berjuntai, rubuhlah cabang tempat bergayut”. Tinggalah si amat dan ibunya.  betapa sedih ibunya si amat tak terperihkan lagi. Cita-cita dahulu yang di impikan akan di jangkau oleh dua pasang tangan, ia dan suaminya sekarang hanya dirinya sendiri. Dan sampai dimanakah kemampuan seorang wanita sendiri hidup ditinggali seorang kekasih yang ia cintai.

bapak si amat tidak meninggalkan warisan sekalipun kecuali gubuk tiris beserta anaknya si amatyang perutnya setiap hari minta di isi. Kemudian segumpal cita-cita dan doa untuk kebahagiaan mereka dikemudian hari. Di penghujung tangis yang berkepanjangan karena iman dan taqwa, timbul kembali kesadaran yang sempurna, bahwa sema itu adalah takdir dan kehendak Yang Maha Kuasa. Bulatlah tekat dan cita-cita tidak boleh pudar dan tetap berusaha dengan kemampuan yang ada.

Amat di serahkan kepada Teungku Meunasah untuk belajar mengaji bersama anak-anak yang lainnya dikampung tersebut. Pada dasarnya, ia anak yang rajin dan pandai, Serta cepat untuk dapat menerima pelajaran pengajian yang diberikan. Sering amat dicemoohkaholeh teman-temannya karena pakaiannya compang-camping penuh tambalan, sambil menangis ia pulang ke rumah. Ibunya mengetahui semua ini. Pada kejadian yang demikian ibunya berusaha untuk tersenyum (Terseyum adalah sbagian dari iman” Allah memeberikan senyuman kepada wajah agar tidak dapat mengobati sedih”), memeluk dan mengusap air mata anaknya. kadang-kadang setiap saat mendongengkan sesuatu yang maksudnya perbuatan seperti itu adalah tidak baik yang akhirnya mendapatkan balasan yang tidak baik pula berupa balasan dari Allah. Menjelang tidur malam hari, sering pula ibunya menceritakan dongeng sejenis itu. Diantaranya dongeng anak durhaka yang pada akhir ceritanya dapat malapetaka.

Semua cerita itu diharapkan ibunya, aar dihayati si amat sebagai contoh bahwa perilaku yang baik tidak bergantung terhadap pakaian ang baik atau buruk. Kehidupan yang kaya atau miskin tetapi ungkapan jiwa yang ikhlas dan mulia disisi Allah.

setelah cerita biasanya, amat segera lelap. Namun, dibalik itu semua, hati ibu si amat  sering tergoyah oleh penghayatannya sendiri. Lalu timbul keragu-raguan apakah anaknya menjadi orang yang baik-baik ataukah menjadi orang yang mengecewakan harapannya. Pertanyaan terakhir yang tak diucapkan ini lebih banyak menghantui dan mengkawatirkannya. Akan bagaimana jadinya nanti hidup sesudah melarat , anakmembuat ulah pula. Mulailah air matanya menitik satu per-satu bagai manik-manik putus karangan. tidak lama kemudia ia dapat menguasai dirinya kembali dan keluarlah ucapan berbisik ” Na’idzubillah min dzalik”  maksudnya ” kami berlindung Kepada Allah dari hal-hal yang buruk”. Namun semuanya menjadi biasa kembali, iapun lelap seperti anaknya.

Dari hari ke hari, dari tahun ketahun amat menjadi remaja. ia membantu ibunya sekedar dengan tnagana yang ada padanya. Tapi kehidupan tidak banyak berubah, masih tergolong iskin dan melarat.

kruen raya adqalah sebuah sungai. dimuaranya pada masa itu terdapat sebuah pelabuhan samudera atau pelabuhan besar , merupakan sebuah pelabuhan tempat mengirikan barang  dengan hasil daerah aceh ke luar negeri. Dan sebaiknya tempat memasukkan barang-barang dagangan dari luar neeri untuk kebutuhan rakyat. Armada dagang Aceh sudah cukup besar pada masa itu. setiap hari kapal berlabuh dan bertolak terdiri dari kapal-kapal aceh sendiri dan kapal-kapal luar negeri. Hiruk pikuk dan ramai sekali ada yang sedang membongkar dan ada pula yang sedang memuat barang-barang dagangan. Beratus-ratus peti dikeluarkan dari kapal, beratus-ratus peti pula yang di isikan ke kapal. Ada kapal besar, ada juga kapal yang kecil.  Diantaranya ada yang bentuk kapalnya indah, haluannya mencuat dan berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun