Masih lekat dalam ingatan hal unik yang terjadi menjelang Ujian Nasional ketika saya masih SMA. Waktu itu UN masih bernama Ujian Akhir Nasional (UAN). Beberapa bulan menjelang UN, pihak sekolah telah mempersiapkan diri. Jam pelajaran tambahan diterapkan. Untuk menguji kesiapan siswa, tryout pun rutin diselenggarakan.
Persiapan tidak hanya dilakukan pihak sekolah, tetapi juga para murid. Dari semua jenis ujian yang saya amati, baru kali inilah saya melihat para murid tampak bersungguh-sungguh mempersiapkan diri. Maklum, siapa sih murid yang tidak gentar menghadapi UN? Jika gagal, risikonya tidak main-main. Tentu tidak seorang murid pun berani menanggung malu karena gagal lulus.
Dalam rangka persiapan inilah hal unik itu mulai terjadi. Setiap jam istirahat pertama, musala sekolah dipenuhi oleh siswa kelas tiga yang melaksanakan salat duha. Pemandangan yang juga tampak menjelang UN saat saya kelas satu dan dua. Biasanya pemandangan itu mulai terlihat sejak bulan Januari. Selain itu, ternyata beberapa murid juga rajin melakukan puasa Senin-Kamis. Semuanya demi satu tujuan, lulus!
Mengapa peristiwa itu saya bilang unik? Ternyata UN memang sangat ampuh. Saking ampuhnya, UN dapat mengubah kebiasaan teman-teman saya. Mereka menjadi rajin beramal dan beribadah. Mereka benar-benar berubah. Entah karena iri atau apa, kadang-kadang saya berburuk sangka bahwa mereka seperti itu karena sekadar ingin lulus. Setelah harapan itu terwujud, mungkin mereka akan kembali menjadi “pelupa”.
Ternyata, meskipun banyak pihak mengkritik penyelenggaraan UN, UN justru membawa angin surga bagi teman-teman saya. Barangkali pun hal sama juga terjadi di sekolah-sekolah lain. UN membuat mereka semakin dekat dengan Sang Maha Pencipta. Mereka menyadari bahwa manusia sangat lemah sehingga harus memohon pertolongan Tuhan. Segala usaha keras mereka saat UN sangat bergantung pada pertolongan-Nya. Oleh karena itu, mereka memohon hasil sebaik-baiknya.
Kalau dari sisi ini justru memberi efek positif kepada para murid, mengapa UN diusulkan untuk ditiadakan? Saya melihat teman-teman saya begitu khusyuk menjalankan ibadah. Mereka berdoa secara khidmat. Mereka berpuasa dengan menjalankan pantangan-pantangan. Perkara mereka akan kembali “tersesat” setelah UN selesai dan dinyatakan lulus, itu soal nanti.
Saya tidak memposisikan diri di tengah polemik tentang penyelenggaraan UN. Baik pihak yang pro maupun pihak yang kontra menginginkan kualitas pendidikan di Indonesia lebih ditingkatkan pada masa yang akan datang. Mudah-mudahan pada UN kali ini para siswa dapat menjalaninya dengan lancar dan sukses. Kabar baik akan menanti mereka saat pengumuman kelulusan nanti. Amin.
2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H