Mohon tunggu...
bang Soepardi
bang Soepardi Mohon Tunggu... -

peduli adalah kunci aksi adalah bukti peduli tanpa aksi adalah hampa aksi tanpa peduli adalah buta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesta Diskon dan Layanan Antar Gratis di KPK

5 Mei 2010   01:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:24 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah kecelakaan terjadi dua punggawa KPK tersandung “super Anggodo”, dari kecelakaan tanggallah gigi KPK yang selama ini cukup ditakuti. Kalaulah KPK itu singa yang liar, yang setiap institusi coba membuat kerangkeng dengan berbagai upaya. Namun tidak berhasil. Muncullah pawang pawang singa, salahsatunya adalah Super Anggodo, yang menyebutkan adanya suap di tubuh KPK. Dua gigi sudah mulai keropos dan siap menghadapi tuntutan. Setelah muncul desakan facebooker untuk membebaskan dan desakan dari berbagai pihak, akhirnya muncul pawang kedua mister X (bukan SJ) yang menerbitkan SKPP.

Dengan tambalan SKPP inilah KPK menjadi kurah darah, tidak beringas lagi, gigi sudah sulit untuk mengunyah barang-barang keras. Harus yang lembut-lembut biar tidak terjadi apa dengan tambalan. Semakin kuat pula desakan terhadap kinerja KPK.

Gigi yang mulai rapuh dan masih berhutang pengobatan pada SKPP,  kembali digoyah dengan pembuktian baru di buku OC Kaligis,yang menunjukkan suap memang terjadi di KPK. Kasus penyuapan memiliki titik terang setelah mulai terkuak adanya tokoh fiktif julianto, yang menjadi tokoh sentral dalam kasus ini. Goyangan kembali besar, dengan aksi "super Anggodo" berhasil mempraperadilankan kasus suap, yang menggiring gigi tambalan ini masuk ke ruang pengadilan, tempat yang seharusnya menjadi pembuktian kasus suap secara hukum.

Dengan SKPP, gigi ini selamat dari penanggalan. Bekas tambalan ini masih ada ketika harus mengunyah dua pembesar negeri ini. KPK rela mendatangi, tidak hanya itu KPK harus menunggu karena yang bersangkutan harus ada acara. Tempat dipindah, KPK rela untuk mengejar, tidak ada panggil paksa yang ada malahan KPKdipanggil paksa.

Pesta diskon sangat nampak, waktu yang begitu mencolok jadi 3,5 jam, bandingkan dengan yang lain yang sampai 10-12 jam. Yang terakhir lebih parah lagi KPK dipaksa pulang karena ada acara lain dari pihak yang bersangkutan sehingga hanya 2 jam saja.

Di tempat lain presiden menjelaskan dengan tegas : “Semua orang memiliki kedudukan yang sama di depan hukum”.

Di benak ini muncul gumaman kepada siapa presiden harus menyampaikan ini ke seluruh masyarakat? Kalau itu maksudnya saya menjawab : “saya sudah mendengarnya, pak” , mudah-mudahan pihak yang seharusnya mendengar juga mendengar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun