Pagi Hari ini matahari bersinar begitu cerah, para mahasiswa dengan senyum penuh semangat lalu lalang menuju ruang kelas untuk belajar. Di lantai tiga tepatnya ruang 301 teman-teman si bunga duduk dengan rapi menunggu Dosen untuk belajar. Tapi Entah mengapa hari ini terasa sangat berbeda, kelas terasa sepi hanya sesekali terdengar suara dari teman yang sedang mempersiapkan presentasi. Tiba-tiba mataku tertuju pada sesosok wanita yang tidak asing di mataku.
Yah…! Dia adalah Paijah
Entah mengapa hari ini raut muka Paijah terlihat murung dan mengkeret. Tidak ada senyum di wajahnya, hanya terlihat seperti sisa-sisa amarah yang masih menggenang dikulit wajahnya. Mengapa? Apa yang terjadi dengan Paijah.
Kemudian Aku menebarkan pandangan mataku ke sekeliling ruangan, aku mencari sahabat karib Paijah. Sebut saja "Painem", ternyata dia blm terlihat batang hidungnya di ruangan ini.
Kembali aku menebarkan pandangan mataku, hatiku bertanya kembali "Dimana Bunga kok gak ada?". Rasa penasaranku semakin memuncak. Angin seperti tak berhembus di ruangan ini, entah mengapa terasa panas sekali.Â
Jam kuliah pun berakhir, para mahasiswa silih berganti meninggalkan ruangan. Si bunga terlihat duduk sendiri di pojok bawah pohon deket lapangan. Si bunga terlihat murung seperti wajah si Paijah tadi, namun ini jauh lebih mengkeret wajahnya.
Aku bertanya pada si "Rohmad" kenapa si bunga? Kenapa dia seperti itu? Rohmad dengan lirih menjawab, "Si bunga habis bertengkar dengan dua sahabatnya si Paijah dan si Painem, katanya si sampe level putus persahabatan bro. Alias gak sapa menyapa lg bro". Lho...masalah apa? "gak tau! Jawab si rohmad sambil melanjutkan, " Aneh ya bro...kasihan si bunga, Persahabatan mereka bagai kepompong. Persahabatan mereka kayak politik demokrasi alias suara terbanyak". Hahahaha
Oh......!! Ternyata si bunga beberapa hari yang lalu bertengkar hebat dengan Paijah dan Painem. Entah seperti apa pertengkaran itu tapi hubungan persahabatan si bunga dengan Paijah dan Painem sampe habis tak tersisa.
Kasihan melihat si "Bunga" hanya karena gak disukai oleh "Bejo dan Paijem" yang membencinya. Kini si bunga dijauhi oleh teman-temannya. Dengan semangat dan tanpa merasa berdosa Bejo dan Paijem menjalankan politiknya kepada teman2 yg lain agar ikut menjauhi si bunga. Sungguh gak menyangka mengapa begitu teganya Bejo dan Paijem terhadap si bunga. Sedang sahabat2 si Bunga memilih mencari aman dgn cara ikut seolah2 memusuhi si bunga di depan Bejo dan Paijem.
Alangkah malangnya si Bunga, kini si bunga pun sendiri menapaki hari tanpa sahabat-sahabatnya yang dulu selalu bersamanya. Kini yang tersisa hanya segelintir teman si bunga yang berharap sedikit bisa meringankan beban si bunga tanpa mempedulikan resiko ikut dijauhi teman2 yang benci sama si Bunga.
Yogyakarta, Desember, 2015