Mohon tunggu...
Muhammad Irsani
Muhammad Irsani Mohon Tunggu... Abdi -

Lahir di Pangkalan Bun, Kalteng. Menulis ketika pingin.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Menulis Berdiri, Siswa Menulis Berlari

22 November 2014   05:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14165827391769716650

[caption id="attachment_355432" align="aligncenter" width="350" caption="Foto: Dokumen pribadi"][/caption]

Ada istilah "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang mengilustrasikan kebiasaan-kebiasaan jelek guru, disengaja atau tidak akan membawa pengaruh negatif dua kali lipat terhadap siswanya. Terminologi itu berbanding lurus dengan kebiasaan positif, guru yang memiliki kebiasaan baik secara peadogogik akan membawa pengaruh baik bagi anak didiknya. Itulah sebabnya guru senantiasa dituntut berperilaku dan berpenampilan baik, mulai dari cara berpakaian hingga cara betutur. Seorang pendidik "dipaksa" harus berperilaku optimal agar memberikan pengaruh positif bagi siswanya. Demikian halnya dalam hal kemampuan menulis. Multipel efek dari kebiasaan sangat baik ini akan berimbas langsung kepada lingkungan anak didik yang diampunya, cepat atau lambat, sehingga pepatah "guru kencing berdiri, siswa kencing berlari", akan memiliki efek yang sama dengan teriminologi "guru menulis berdiri, siswa menulis berlari".

Hidden curriculum yang bisa ditularkan oleh seorang guru ini, mestinya dimiliki oleh semua guru bidang studi, karena banyak manfaat dan kebaikan yang diperoleh dari skil menulis.

Untuk kepentingan guru itu sendiri, menjadi penulis akan bermanfaat:


  1. Melancarkan jenjang karier guru (PNS) hingga ke jenjang pangkat tertinggi IV/e. Membuat karya tulis ilmiah dan atau ilmiah populer merupakan syarat utama yang harus dibuat sendiri oleh guru untuk mendapatkan jenjang kepangkatan, bahkan dimulai dari golongan III.
  2. Menjadi penulis aktif di media cetak maupun elektronik, akan mendapatkan perhatian khusus pimpinan. Tidak jarang teman-teman mendapatkan jenjang karier yang lebih cepat di jalur fungsional maupun struktural. Mungkin karena sejumlah pemikiran yang publikasi di media dibaca dan diperhatikan oleh pimpinannya.
  3. Dari beberapa pengalaman, guru yang penulis sering diminta bantuannya oleh pimpinan/kepala sekolah dalam menyusun konsep-konsep pidato, kemudian oleh teman-teman sejawat sering diminta bantuan pemikiran dalam membuat proposal kegiatan, membuat konsep lapaoran dan lain sebagainya, dan sudah tentu semuanya tidak gratis.


Kebiasaan atau kemampuan guru penulis akan sangat mempengaruhi anak didiknya, karena seorang penulis akan sangat tidak puas kalau kemampuannya tidak disebarkan kepada orang lain, lebih-lebih siswanya sendiri. Motivasi luar biasa untuk mengangkat harkat dan martabat sekolah dan anak didik akan menyisakan harapan-harapan besar.

Format-format kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru agara kemampuan menulisnya tertularkan kepada siswanya adalah:


  1. Membuat Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang dipersiapkan untuk mengikuti lomba-lomba karya tulis ilmiah di kalangan pelajar, dan bahkan dilombakan dalam kegiatan olimpiade nasional.
  2. Membuat atau menghimpun kelompok anak yang hobi membuat cerpen untuk dilatih dan dipersiapkan mengikuti lomba membuat karya tulis fiktif yang banyak diselenggarakan di setiap tahunnya.
  3. Membentuk kelompok siswa yang suka membuat puisi.
  4. Membentuk kelompok membuat blog. Ini sangat penting, karena kegiatan menulis memerlukan media yang bisa diakses banyak orang sehingga memilih media blog sebagai wadah penyalurannya sangatlah tepat.


Banyak sekali keuntungan dari kegiatan tersebut, salah satunya adalah banyak event lomba nasional setiap tahunnya dan langsung ditandingkan secara nasional, artinya tidak melalui jenjang tingkat kabupaten kemudian provinsi dan seterusnya ke tingkat nasional, yang belum tentu jurinya terlepas dari kepentingan-kepentingan. Tentu saja, agar kegiatan tersebut diikuti dengan penuh semangat, harus dilombakan di tingkat sekolah lebih dulu.

Akhirnya, muara dari item kegiatan menulis di atas semata-mata ditujukan agar siswa terbiasa dalam menulis hingga pada akhirnya akan melahirkan pemikir-pemikir tangguh yang menyajikan ide-ide cemerlangnya dalam tulisan-tulisan.

Tulisan ini saya oleh di menit-menit akhir batas pengiriman naskah, istilah teman wartawan kejar tayang, dengan tujuan semata-mata berbagi pengalaman saya pribadi ketika pernah dipercaya menjadi kepala sekolah di Kalimantan yang jumlah siswanya 800-an. Tidak ada editing berarti, karenanya jika terdapat kesalahan ketik dan redaksional mudah-mudahan tidak mengurangi makna.

Terima kasih Tanoto Foundation, Sukanto Tanoto, dan  Kompasiana.

"We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act but a habit" (Aristotle).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun