Saya dan mungkin banyak pelanggan kartu Halo Telkomsel (pasca bayar), jarang atau bahkan tidak pernah membayar melakukan pembayarannya melalui kasir yang disediakan di Plasa Grapari karena di luar sana telah banyak kemudahan yang disediakan seperti melalui ATM, SMS Banking atau di kios-kios jasa pembayaran yang banyak tersebar di lingkungan perumahan. Selain praktis, pembayaran melalui pihak ketiga lebih aman dan bisa dipertanggung jawabkan Bermaksud membersihkan “tuyul” (karena datanganya tidak pernah saya undang) SMS Premium yang sangat menguras tagihan kartu Halo, pada tanggal 27/09 saya menyambangi Grapari Telkomsel di Jalan Ahmad Yani Palangkaraya. Karena nomor antrian saya terlalu tinggi dan diperkirakan dua jam baru mendapat giliran, saya membatalkan laporan pengaduan tentang virus SMS Premium dan berencana kembali ke sini lagi di lain waktu (maklum, sebagai karyawan waktu begini diperoleh dengan cara curi-curi), lalu saya memilih menuju CashierGrapari yang nampak sepi untuk membayar tagihan, hitung-hitung sambil nyelam minum air.
Persoalan “tuyul” selesai saya atasi berdasarkan saran mbah google, ternyata cukup gampang saya disuruh telpon 133 (gratis) lalu saya disarankan ini-itu. Singkat cerita, kouta data,SMS dan telpon berjalan lancar jaya di bulan Oktober. Pada waktu hampir jatuh tempo, tepatnya tanggal 17/10 saya mendapat SMS dari TELKOMSEL yang bunyinya pembatalan pembayaran yang saya lakukan melalui Grapari (lihat gambar 2), kemudian pada tanggal 18/10 kembali saya mendapat SMS dari TELKOMSEL yang isinya memberitahukan jumlah tagihan yang harus bayar pada bulan berjalan (notifikasi biasa setiap bulan) dengan nominal tertentu (lihat gambar 3). Saya abai saja, toh batas akhir blokir tetap tanggal 20 setiap bulan. Karena berbagai kesibukan, saya lupa membayar hingga batas akhir, dan betul...! TELKOMSEL sangat tegas, pada tanggal 21/10 telpon saya diblokir (tidak bisa panggilan ke luar dan paket data dihentikan). Melalui aplikasi MyTelkomsel(menggunakan jaringan wi-fi) saya iseng melihat jumlah tagihan kartu Halo, dan betapa terkejutnya jumlah yang harus saya bayar melonjak naik tiga kali lipat, Rp.293.040,-. Ini jelas tidak masuk akal, ini mungkin penipuan. Saya memiliki tiga nomor kontak dan sangat mengerti bagaimana caranya menghemat melalui tiga nomor tersebut.
Lalu saya kembali lunglai ketika penanggung jawab CS ngotot meminta saya membuktikan berupa SECARIK KERTAS kwitansi sebagai tanda bukti bayar. Saya tidak memiliki lagi lembar bukti tersebut, mungkin saja lembaran tersebut telah masuk tong sampah di plasa Grapari, kota sampah mobil, sesat terselip dalam tumpukan kertas kerja, atau mungkin tertinggal di meja kasir karena saya tidak mengingat lagi waktu satu bulan itu.
Jahat...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H